Kpd. akun FB Kontra Sira
Silakan anda rayakan apa yang anda sebut sebagai "harga mati". Tapi sebelum anda berbicara lantang soal kedaulatan, pahamilah dulu arti dari prinsip. Sebab bagi kami, para Integrasionis sejati, yang berasal dari garis perjuangan Apodeti, prinsip bukanlah sekadar slogan—tapi jalan hidup yang kami bayar dengan luka, kehilangan, dan pengorbanan.
Anda katakan Timor Leste sudah merdeka, silakan. Tapi apakah anda pernah merenung, di atas kuburan siapa kemerdekaan itu dibangun? Di atas darah siapa tanah itu ditegakkan? Para pejuang Integrasi— saudara-saudara kami—dibantai oleh FRETILIN, organisasi yang anda agungkan hari ini. Apakah kami harus menginjak tanah tempat darah mereka disia-siakan, hanya demi "mengakui kekalahan"?
Kami tidak kalah. Kami memilih untuk tidak ikut dalam skenario rekayasa global yang menjadikan Timor Timur sebagai pion dalam permainan geopolitik. Kami tahu harga dari menolak kompromi. Tapi lebih baik kami hidup dalam keterasingan dengan kehormatan, daripada kembali ke pangkuan yang telah mencabik prinsip dan menyambut para pembunuh dengan karpet merah.
Tentang presiden Indonesia yang mengunjungi Timor Leste, janganlah anda bangga terlalu dini. Itu bukan restu moral, melainkan konsekuensi dari kesalahan diplomasi masa lalu. Dan jangan lupa: sejak awal, para Integrasionis telah menentang sikap itu. Kami tak pernah segaris dengan keputusan itu. Kami tetap konsisten berdiri di jalan oposisi. Itulah bukti bahwa kami bukan bagian dari barisan penjilat kekuasaan.
Dan pada akhirnya, sejarah tak akan selamanya ditulis oleh pemenang palsu. Pemerintah Indonesia suatu hari akan menyadari bahwa yang paling setia bukan mereka yang datang membawa selendang penghianatan, tapi mereka yang tetap tegak meski dilupakan. Karena kami bukan pecundang politik—kami pewaris prinsip, dan prinsip tidak pernah mati.
Dan satu hal lagi: kalau anda memang merasa benar, gagah, dan punya keberanian moral, hadirlah sebagai dirimu sendiri. Gunakan nama dan wajahmu. Jangan sembunyi di balik akun palsu untuk melontarkan hinaan. Hanya pengecut yang menyerang dari balik tirai. Kami—yang kalian tuduh sakit hati—justru berdiri di atas luka dengan kepala tegak. Karena kami tahu, lebih baik hidup tanpa pengakuan, daripada hidup tanpa prinsip.