Klaim Bombastis Ramos-Horta dan Keterputusannya dari Realitas Masyarakat Timor Timur

 

Oleh : Basmeri Integrasionis

Dari klaim bombastis José Ramos-Horta tentang Arnaldo dos Reis Araujo, satu hal menjadi jelas: Horta ternyata tidak benar-benar mengenal masyarakat pribumi Timor Timur secara luas. Jika dia benar-benar bergaul dengan semua kalangan, seharusnya dia tahu bahwa Arnaldo dos Reis Araujo adalah seorang Katekista—seorang guru agama Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk mengajar dan membimbing umat. Gambaran ini sangat bertolak belakang dengan citra "penjahat besar" yang Horta coba bangun melalui propagandanya.

Fakta bahwa Horta tidak mengetahui atau mengabaikan latar belakang Arnaldo sebagai seorang Katekista menunjukkan bahwa selama ini dia hanya bergaul dalam lingkaran kecil—terbatas pada kalangan peranakan dan kaum asimilados. Ini menjelaskan mengapa banyak klaimnya tentang sejarah Timor Timur terputus dari realitas masyarakat pribumi. Horta tidak memiliki kedekatan yang cukup dengan mereka, dan narasinya sering kali didasarkan pada asumsi dan perspektif yang terbatas, bukan dari pemahaman yang mendalam tentang masyarakat Timor Timur secara keseluruhan.

Horta, meskipun dianggap sebagai tokoh penting dalam perjuangan Timor Leste, ternyata tidak benar-benar memahami akar budaya dan sejarah masyarakat pribumi Timor Timur. Dia lebih banyak bergaul dengan kalangan peranakan dan asimilados—kelompok yang terasimilasi dengan budaya Portugis dan sering kali memandang rendah budaya pribumi. Ini adalah ciri khas dari kaum mestiço pada masa kolonial, yang lebih membanggakan darah Portugis mereka daripada darah Timor.

Horta, di sisi lain, terlihat lebih nyaman berada dalam lingkaran elit yang terbatas. Ini menjelaskan mengapa banyak klaimnya tentang sejarah Timor Timur terasa dangkal dan tidak menyentuh realitas yang sebenarnya.

Lebih jauh lagi, tokoh-tokoh seperti Fransisco Xavier do Amaral, Presiden Fretilin, Abilio Araujo, serta pendiri UDT, Fransisco Lopes da Cruz, semua mengenal Arnaldo secara mendalam. Fakta bahwa Horta tampak tidak mengetahui latar belakang Arnaldo menunjukkan bahwa selama ini dia hanya bergaul dalam lingkaran sempit—terbatas pada kalangan peranakan dan kaum asimilados. Hal ini menjelaskan mengapa banyak klaimnya tentang sejarah Timor Timur terasa terputus dari realitas masyarakat pribumi.

Berbeda dengan Horta, tokoh seperti Jose Fernando Osorio Soares justru lebih dekat dengan masyarakat pribumi. Meskipun seorang peranakan, Osorio Soares tidak membatasi pergaulannya hanya pada kalangan elit. Dia terjun langsung ke masyarakat, memahami aspirasi dan kebutuhan mereka, dan berjuang untuk kepentingan mereka.

Inilah yang membuat Osorio Soares lebih diterima dan dihormati oleh berbagai lapisan masyarakat. Dia tidak hanya berbicara atas nama kelompok tertentu, tetapi juga mewakili suara masyarakat pribumi. Ini adalah sesuatu yang tidak dimiliki oleh Horta, yang lebih nyaman berada dalam lingkaran elit yang terbatas.

Sejarah dan narasi politik harus dibangun dari pemahaman yang mendalam tentang realitas masyarakat, bukan dari asumsi dan perspektif yang terbatas. Horta, dengan klaim-klaim bombastisnya, telah menunjukkan bahwa dia tidak benar-benar memahami masyarakat pribumi Timor Timur. Ini adalah pelajaran penting bagi semua tokoh politik: narasi yang dibangun tanpa pemahaman mendalam tentang realitas masyarakat hanya akan rapuh dan mudah runtuh.

Pada akhir tulisan ini saya ingin mengatakan kepada seluruh sahabat dan saudara saya baik di Timor Leste maupun semua Integrasionis yang berada di Indonesia : Saya seorang Timoris. Jika saya menulis sejarah saya, itu lahir dari kecintaan mendalam pada tanah kelahiran, budaya, dan leluhur saya. Saya memahami semuanya, bukan demi pujian atau untuk dianggap penting, tetapi karena itulah jati diri saya—Timoris sejati, berdarah Timor asli, bukan keturunan penjajah Portugis. Saya tidak akan pernah tunduk pada Portugis, karena jiwa saya merdeka, dan kehormatan saya adalah milik rakyat Timor sendiri.


Sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama