Ironi "Kemerdekaan": Standar Ganda dan Kekejaman yang Dilupakan"


Oleh: Basmeri Integrasionis

Para pendukung Fretilin atau anti-Integrasi, yang mayoritas berasal dari generasi muda, cenderung memandang dan menyatakan bahwa pembantaian terhadap orang-orang Apodeti adalah sesuatu yang wajar dalam konteks revolusi. Ini sangat mencerminkan ironi dan standar ganda yang mencolok. Membenarkan pembantaian terhadap sipil tak bersenjata dan tak bersalah, seperti yang dialami oleh orang-orang Apodeti, dengan dalih bahwa itu "wajar dalam revolusi" adalah bentuk relativisme moral yang sangat berbahaya. Logika ini menempatkan tujuan politik di atas nilai-nilai universal kemanusiaan dan menciptakan pembenaran palsu untuk tindakan-tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Ketika kekerasan terhadap lawan ideologi dianggap sah, sementara kekerasan yang terjadi akibat provokasi mereka sendiri dilabeli sebagai "penindasan," itu menunjukkan kedangkalan moral dan manipulasi narasi yang sinis.

Pendukung Fretilin sering kali memainkan peran sebagai korban dengan sengaja menciptakan provokasi yang dirancang untuk menghasilkan reaksi keras. Ketika aparat keamanan bereaksi, mereka memanfaatkan insiden itu untuk membangun citra sebagai martir perjuangan di mata dunia. Namun, di sisi lain, mereka menutupi kekejaman brutal yang mereka lakukan terhadap Apodeti dan pihak-pihak lain yang tidak sejalan dengan mereka. Mereka berteriak keras kepada dunia internasional tentang penderitaan mereka tetapi diam seribu bahasa mengenai kekejaman mereka sendiri. Inilah standar ganda yang menjadi inti dari narasi mereka, yang terus-menerus digunakan untuk mengalihkan perhatian dari fakta sejarah dan tindakan mereka yang tidak manusiawi.

Lebih ironis lagi, mereka menggunakan narasi "kemerdekaan" sebagai tameng untuk membenarkan segala bentuk kekejaman, mulai dari penangkapan, penyiksaan, hingga pembunuhan terhadap sipil yang hanya memiliki perbedaan pandangan politik. Jiwa manusia yang dapat menerima logika ini adalah jiwa yang telah kehilangan kemanusiaannya, yang membiarkan kebencian ideologis menguasai moralitasnya. Mereka tidak hanya gagal melihat kesalahan mereka, tetapi juga menolak untuk memahami bahwa tindakan mereka bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang mereka klaim perjuangkan.

Kenyataan pahit ini mengungkap betapa manipulatifnya narasi perjuangan mereka. Dunia internasional yang cenderung lebih mendengar suara mereka harus diperhadapkan dengan fakta bahwa mereka bukan hanya korban, tetapi juga pelaku kekejaman yang memanfaatkan penderitaan manusia lain untuk tujuan politik. Untuk itu, penting bagi kita untuk terus mengungkap fakta-fakta sejarah secara objektif, mendokumentasikan kekejaman Fretilin terhadap orang-orang Apodeti, dan menghadirkan narasi yang adil di hadapan masyarakat dunia.

Perjuangan atas nama kemerdekaan tidak boleh mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Kejahatan terhadap sesama manusia, apapun alasannya, tetaplah kejahatan. Manipulasi narasi ini harus dilawan, bukan hanya untuk menghormati memori para korban, tetapi juga untuk menjaga integritas sejarah dan nilai-nilai keadilan yang seharusnya berlaku bagi semua pihak.

Sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama