Saat itu dalam rangka mencari logistik berupa sagu yang tumbuh di hutan, Komandante Maukalo bersama 18 anak buahnya memasuki hutan di kawasan Groserio, Kabupaten Same. Pada saat bersamaan, pasukan ABRI dari yonif 303 Kostrad memergoki dan terjadilah pertempuran. Dua gerilyawan tertembak. Kompi Maukalo berupaya menghindari kehancuran karena kekuatan Yonif 303 lebih kuat. Yonif 303 mengepung dan menutup jalan pelolosan pasukan Kompi Maukalo.
Dalam wawancara dengan TEMPO yang dimuat edisi 21 Desember 1991, Maukalo bercerita bahwa ABRI mengepung dan membakar rerumputan tempat persembunyian gerilya Falintil. Maukalo dan anak buahnya bertahan hingga dua hari satu malam. Akibatnya satu gerilya meninggal, satu terluka, dan dua tertangkap termasuk Maukalo sendiri.
Maukalo adalah salah satu komandan kompi Falintil terbaik saat itu. Falintil sampai tahun 1991 masih mempunyai kekuatan tujuh kompi. Meski namanya kompi jangan harap kekuatan dan persenjataannya seperti kompi dalam pasukan reguler. Ketika ditangkap, Maukalo sendiri mengakui bahwa kompinya tinggal bersisa 26 personel. Kompi Maukalo sendiri beroperasi di hutan sektor tengah sekitar Ossu dan Barike. Meski demikian, gerilyawan Falintil merupakan contoh gerilya yang tangguh. Mereka mampu beradaptasi dengan alam. Mampu bertahan dengan logistik yang seadanya dan tentunya mental yang kuat.
Sampai hari ini Komandante Maukalo masih sehat walafiat di Timor Leste.
Konflik kelam selama 1975-199 tersebut sudah menjadi sejarah masa lalu dua negara . Kedua negara kini sudah menjadi dua negara bertetangga yang menjalin hubungan dengan baik.
catatan :
1. Maukalo sebelumnya peristiwa diatas, pernah dua kali terluka kena peluru ABRI.