Nara sumber : Serma Sarjiyo/koramil Selogiri/Kodim Wonogiri. Tgl Wawancara : 31 Agustus 2012
Pada tahun 1990 , Batalyon Zipur-4/TK melaksanakan tugas operasi Seroja ke Tim-tim dengan kekuatan 150 orang yang dipimpin oleh Kapten Czi Jarwoto. Dalam pengasan tersebut berhasil dibangun gereja beberapa unit, pembuatan rumah pemukiman, pembuatan jalan, pembuatan saluran air bersih dan bak penampungan . Sebagai salah satu anggota dalam penugasan tersebut, Sersan Mayor CZi Sarjiyo yang saat itu berpangkat Kopral Satu mengisahkan pengalamannya dalam penugasan tersebut.
Viqueque adalah distrik terbesar di Timor Leste dengan luas 1.781 km². Ibu kota distrik ini juga dinamai Viqueque. Subdistrik-subdistriknya ialah Lacluta, Ossu, Uatolari (yang dikenal di Timor Portugis sebagai Leça, dan juga dieja Watulari), Uato Carabau (juga dieja Watukarbau) dan Viqueque (juga dikenal dengan sebutan Cabira-Oan). Distrik ini juga bernama demikian pada masa kolonial.Viqueque terletak di pesisir selatan Timor, di pantai Laut Timor. Membatasi distrik Baucau di utara, Lautém di timur, dan Manatuto di barat.Viqueque ialah tanah asal bahasa Melayu-Polinesia bahasa Tetun. Di Timor Leste merupakan salah satu bahasa resmi dengan bahasa Portugis. Penduduk asli bagian timur distrik ini bertutur bahasa Papua Makasae.
Bertugas di daerah konflik merupakan kewajiban bagi setiap prajurit TNI. Demikian juga bagi Kopral Satu Sarjiyo ( pangkat saat itu), anggota Batalyon Zipur-4/TK Kodam IV Diponegoro. Bagi awam mungkin terbayang suasana mencekam dan menegangkan di daerah rawan seperti Timtim.Tetapi bagi Koptu Sarjiyo, berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan jawaban untuk mengatasi persoalan tersebut agar selamat dan dapat berkumpul lagi dengan keluarga. Dalam tugas stersebut, Koptu Sarjiyo dan rekannya ditempakan di distrik Viqueqe. Tugasnya bukan berperang tetapi melakukan pembangunan di daerah tersebut. Dengan adanya pembangunan diharapkan masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup dan hidup dengan layak seperti warga negara Indonesia lainnya.
Salah satu pengalaman yang diungkapkan adalah ketika Koptu Sarjiyo dan kawan-kawan melakukan pembuatan sarana air bersih bagai masyarakat di Bahaneo, Ossu , Viqueque. Bahaneo sebelumnya merupakan daerah yang bisa dikatakan tidak berpenghuni karena selama kurun 1975-1990 ditinggalkan oleh banyak penduduknya karena adanya konflik .Selain itu daerah tersebut minim fasilitas.Sebagai contoh untuk memperoleh air bersih, penduduk yang ingin menikmati air harus menempuh jarak 3 km dari desa. Sebenarnya terdapat sumber air tetapi terhalang oleh bebatuan dan mempunyai ketinggian 6 meter sehingga air sulit mengalir ke daerah yang lebih rendah. Dari mata air terdapat kontur miring ke arah bawah sepanjang 50 meter. Oleh pasukan Zipur-4 kemudian dibikinkan semacam saluran hingga menyerupai sungai bawah tanah sepanjang 100 meter dengan lebar 6 meter. Dari saluran tersebut air bisa dinikmati pendudk setempat.
Selain membangun instalasi air, pasukan Zipur-4 juga membangun seperti gereja, pos kesehatan, jalan dll. Hal ini untuk menarik hati masyarakat Timtim bahwa tidak semua TNI dikirim ke Timtim hanya untuk berperang, tetapi untuk membangun juga. Bagi Koptu Sarjiyo sendiri mempunyai prinsip bahwa kedatangan di Timtim bukan untuk mencari musuh tetapi melakukan pembangunan di sana.Selama penugasan , Koptu sarjiyo dan rekan-rekan tidak mengalami gangguan berarti dari Falintil. Memang Koptu Sarjiyo pernah menjumpai segerombolan Falintil tetapi kegiatan meereka hanya sebatas mencari makanan untuk bertahan hidup di hutan.. Menurut Koptu Sarjiyo, mereka bertahan hiudp dengan memakan umbi-umbian untuk tetap survive.
Pembangunan yang dilakukan Zipur-4 mendapat sambutan positip masyarakat setempat, banyak masyarakat yang kembali ke Bahoneo. Mereka sangat terbantu dengan kehadiran Zipur-4 .Sebagai contoh, ketika ada masalah kesehatan seperti keluarga yang sakit, maka Pos Kesehatan Zipur-4 menjadi andalan bagi masyarakat untuk berobat atau sekadar meminta obat. Demikian pula saat warga meminta bantuan untuk meratakan tanah kebun mereka untuk bertanam, maka sering Koptu Sarjiyo dan rekan diberi hadiah seekor kambing. Wah mendapat tambahan protein. Sebenarnya untuk pasukan Zipur-4, masalah logistik tidak menjadi kendala, karena pasokan sering tepat waktu. Kala TNI baik, maka warga setempat juga bai kepada TNI. Dan juga untuk mendekatkan dengan masyarakat, beberapa anggota Zipur-4 juga ikut melaksanakan misa di gereja membaur bersama masyarakat. Koptu Sarjiyo juga mengungkapkan bahwa dengan adanya penugasan ternyata membuat rekan-rekannya jadi lebih mendekatkan diri dengan Tuhan, karena untuk mencari perlindungan atau keselamatan hanya Tuhanlah yang mampu menjawab persoalan tersebut. Demikian juga perilaku baik dalam hal religi mendapat penilaian yang baik dari masyarakat setempat.