Timtim dilepas oleh NKRI karena presidennya Habibi, lalu "kontrak perang dingin" usai. Dari tahun 1975-1998, Propaganda atau desakan internasional (bahkan resolusi PBB), tidak pernah menggoyahkan NKRI soal Timtim karena dua hal, yaitu presidennya ialah Suharto dan masih berlangsungnya perang dingin.
Suharto paham betul bagaimana perjuangan ABRI di Timtim, dan sebagai mantan tentara dia mengerti bahwa apa yang sudah dicapai tak mungkin dianulir. Berbeda dengan Habibi yang kalkulatif dan tidak paham soal Timtim sejak awal. Di jaman Suharto, atmosfer Perang Dingin menyakinkan Indonesia bahwa semua akan baik-baik saja karena posisi ada di Blok Barat yang dominan diberbagai sektor. Saat Habibi menjabat, dunia sudah berubah. sekutu "blok-blok-an" secara teratur mundur dan pergi seiring usainya Perang Dingin.
That's why, akhirnya Timtim tak perlu lagi dipertahankan menjadi bagian dari NKRI. So, Habibi melepaskan Timtim. Rencana presiden non-Jawa ini, sudah disampaikan kepada beberapaorang Timtim, baik didalam negeri maupun luar negeri. Gubernur Timtim ketika itu mendapatkan berita ini, dan langsung nge-drop hingga dirawat di RS.
Alih-alih rencana melepaskan Timtim secara baik-baik malahan terjadi keriuhan. Di akar rumput terjadi konflik dan itu masih banyak yang menyimpan kebencian ini-itu hingga kini.
Timtim memang sudah dilepaskan oleh Indonesia, namun nasib masyarakat Timtim yang memilih WNI jangan dilepaskan begitu saja oleh Indonesia.