Oleh : Basmeri (Seorang Integrasionis tinggal di Yogyakarta)
Indonesia, sebagai negara yang besar dan kaya dengan populasi yang berjumlah ratusan juta, memiliki beragam pandangan dan pendapat. Namun, di balik keragaman ini, terdapat kelemahan yang sering kali terabaikan, yaitu kurangnya konsensus. Bangsa ini belum mampu mencapai kesepakatan dalam pendiriannya, dan lebih mengkhawatirkan lagi, harmoni dan kesepahaman tampak sulit dicapai.
Kelemahan ini terlihat nyata dalam kasus Timor Timur. Awalnya, saat Timor Timur bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seluruh bangsa sepakat dan meyakini bahwa wilayah tersebut adalah bagian integral yang harus dipertahankan. Semua bersatu dalam keyakinan bahwa Timor Timur adalah milik kita. Namun, ketika terjadi perubahan politik, kekokohan pendirian bangsa ini mulai tergerus. Pada masa kepemimpinan Habibie, terjadi keputusan yang kontroversial untuk melepaskan Timor Timur. keputusan melepaskan Timor Timur justru menimbulkan kebingungan dan kekacauan. Keputusan ini dinilai gegabah, karena dengan jelas melanggar konstitusi dan mengabaikan ketetapan MPR RI, sehingga berdampak mengguncangkan pondasi kebangsaan.
Sejak saat itu, terus terdengar narasi yang berusaha mempertahankan keputusan Habibie, menyatakan bahwa Timor Timur bukanlah bagian dari nasionalisme kita. Meskipun Timor Timur telah menjadi bagian tak terpisahkan dari NKRI selama 24 tahun, ada sekelompok orang yang dengan mudah mengklaim bahwa Timor Timur tidak terikat secara integral dengan bangsa kita. Namun, apa artinya 24 tahun bersama NKRI? Bagaimana bisa keyakinan yang awalnya kuat dan tegas bahwa Timor Timur adalah bagian dari NKRI berubah menjadi keraguan? Sikap seperti ini mencerminkan kelemahan yang nyata dari bangsa ini dalam mempertahankan prinsip-prinsip yang seharusnya menjadi dasar yang kuat. Sebuah bangsa yang tidak teguh dalam keyakinannya akan rentan terpecah-belah di masa depan.
Ketidakselarasan dan ketidaksempurnaan pemahaman di antara masyarakat maupun pemimpinnya berpotensi menjadikan bangsa ini rentan terhadap ketidakpastian dan mudah terombang-ambing oleh opini atau narasi yang dibentuk dari luar. Tanpa adanya kebulatan pendirian yang mantap dan konsisten, Indonesia dapat mudah dipengaruhi dan terombang-ambing oleh pengaruh eksternal yang mempengaruhi keputusan politik, keberagaman sosial, serta integritas negara secara keseluruhan. Hal ini menyoroti kelemahan yang mengancam identitas yang kuat bagi Indonesia, serta ketergantungan yang semakin besar pada opini atau narasi yang dibangun oleh pihak-pihak luar.
Dalam konteks sejarah Timor Timur dan tuduhan kolonialisasi, Bangsa Indonesia terlihat goyah dan kurang percaya diri, sehingga mudah dipengaruhi oleh hasutan dari luar. Namun, seharusnya kita memiliki keyakinan yang kuat terhadap sejarah kita sendiri. Fakta bahwa banyak warga Timor Timur, kaum Integrasionis yang dengan setia memilih tetap berada di bawah NKRI, bahkan rela meninggalkan segala yang mereka miliki di sana, seharusnya membangkitkan kesadaran kolektif bangsa kita bahwa Indonesia bukanlah penjajah terhadap tanah dan rakyat Timor Timur. Bangsa Indonesia harus mengambil inspirasi dari keteguhan hati Integrasionis Timor Timur dan menghargai pengorbanan yang telah mereka lakukan. Hal ini seharusnya membangkitkan semangat nasionalisme dan menghilangkan keraguan dalam diri kita. Dengan memahami sejarah secara menyeluruh, kita dapat membangun fondasi yang kokoh untuk menghadapi tuduhan kolonialisasi dan hasutan dari luar.
Sebagai sebuah bangsa berdaulat, penting bagi kita untuk menguatkan identitas kita sendiri dan menghormati hak-hak serta keputusan yang diambil oleh warga Timor Timur yang memilih untuk bergabung dengan NKRI. Dengan keyakinan dan penghargaan yang kuat terhadap sejarah dan pilihan warga Timor Timur, kita akan dapat menghadapi tantangan dari luar dengan keberanian dan menjaga integritas negara kita.
Kepercayaan diri kita terhadap sejarah dan eksistensi kita sebagai bangsa yang kokoh haruslah didasarkan pada kebenaran. Kita tidak boleh mudah terpengaruh oleh narasi yang berusaha meremehkan peran kita di Timor Timur. Oleh karena itu, penulisan ulang sejarah Timor Timur dengan melibatkan komponen Integrasionis Timor Timur menjadi penting agar narasi sejarah kita menjadi objektif dan akurat. Kita harus berpegang pada fakta bahwa Timor Timur telah menjadi bagian tak terpisahkan dari NKRI selama 24 tahun. Meskipun ada yang meragukannya, kita harus memperkuat keyakinan kita bahwa Timor Timur adalah bagian integral dari bangsa kita. Sejarah ini tidak boleh dipengaruhi oleh pengaruh eksternal yang mencoba mengubah narasi Integrasi menjadi penjajahan.
Melibatkan komponen Integrasionis Timor Timur dalam penulisan sejarah sangatlah penting. Integrasionis Timor Timur memiliki pengalaman dan pemahaman mendalam tentang kehadiran Indonesia di Timor Timur. Dengan melibatkan Integrasionis Timor Timur, kita dapat memperoleh sudut pandang yang beragam dan menjaga keseimbangan dalam narasi sejarah kita. Hal ini juga merupakan bentuk penghormatan terhadap Integrasionis Timor Timur yang telah mengorbankan segalanya, baik harta maupun nyawa, untuk tetap setia dengan NKRI.
Dalam menghadapi narasi-narasi yang berusaha meremehkan bangsa kita, kita harus tetap teguh pada kebenaran sejarah yang telah kita yakini. Kita tidak boleh membiarkan diri kita terpengaruh oleh hasutan dari luar yang ingin meruntuhkan kepercayaan diri kita sebagai bangsa.
Sebagai penutup, perlu dipahami bahwa upaya kita untuk menulis ulang sejarah Timor Timur dengan kebenaran dan melibatkan semua pihak adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk menyelaraskan pemahaman dan sikap kita terhadap masa lalu. Kita tidak boleh membiarkan narasi-narasi yang tidak akurat atau tendensius mengaburkan fakta sejarah yang jelas. Perjalanan 24 tahun Timor Timur sebagai bagian integral Indonesia adalah bukti nyata bahwa kita tidak menjalankan politik kolonialisasi terhadap tanah dan rakyat Timor Timur. Selama waktu itu, Indonesia telah membangun ikatan emosional, kepercayaan, dan persatuan yang kuat dengan masyarakat Timor Timur.