Pada tanggal 7 Juni 1976, Presiden Soeharto menerima delegasi Timor Timur yang dipimpin oleh Arnaldo dos Reis Araujo. Delegasi tersebut bertujuan untuk menyampaikan Petisi Integrasi kepada Presiden Soeharto. Dalam pertemuan tersebut, Soeharto memberikan sebuah pidato yang penuh makna dan signifikansi, memberikan pengaruh yang mendalam pada perjalanan sejarah Timor Timur dan Indonesia.
Soeharto memulai pidatonya dengan mengingatkan bahwa Indonesia adalah perintis perjuangan kemerdekaan nasional di Asia Tenggara. Selama berabad-abad, bangsa ini telah berjuang melawan penjajahan yang melumpuhkan dan menghancurkan cita-cita kemerdekaan. Soeharto dengan tegas menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang anti penjajahan, dan mendukung sepenuhnya perjuangan rakyat terjajah untuk menentukan masa depan mereka sendiri.
Lebih lanjut, Soeharto menjelaskan bahwa Indonesia tidak berniat menjajah Timor Timur seperti yang telah dialami oleh bangsa tersebut di masa lalu. Indonesia telah merasakan sendiri penderitaan yang timbul akibat penjajahan selama lebih dari tiga abad. Kesadaran ini menjadi landasan kuat bagi Indonesia untuk tidak berlaku serupa dengan penjajah sebelumnya, dalam hal ini Portugal.
Soeharto menekankan bahwa Indonesia tidak memiliki ambisi teritorial atau keinginan untuk merayap ke wilayah rakyat lain. Indonesia hadir di Timor Timur dengan niat yang murni, yaitu untuk membantu rakyat Timor Timur dalam menentukan nasib mereka sendiri.
Dalam pidato tersebut, Soeharto menunjukkan kepedulian dan empati yang mendalam terhadap rakyat Timor Timur. Beliau menyatakan bahwa Indonesia memahami betapa lama rakyat Timor Timur harus menderita. Namun, Soeharto menegaskan bahwa dengan berakhirnya pertikaian bersenjata, rakyat Timor Timur dapat dengan tenang memikirkan dan menentukan masa depan mereka sendiri tanpa rasa takut atau paksaan.
Kehadiran Indonesia di Timor Timur, sebagaimana yang dijelaskan dalam pidato Soeharto, adalah sebagai upaya untuk membebaskan diri dari penjajahan dan untuk membangun kerja sama yang adil dan saling menghormati dengan rakyat Timor Timur. Melalui kehadiran Indonesia, tujuan utama adalah mencapai kemerdekaan dan keadilan bagi rakyat Timor Timur, serta memperkuat persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Timor Timur diakui oleh Indonesia, dan Indonesia senantiasa mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan mereka. Kehadiran Indonesia di Timor Timur bertujuan untuk membangun selain itu, Indonesia juga berkomitmen untuk membantu dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi rakyat Timor Timur, melalui pembangunan ekonomi, sosial, dan politik yang inklusif.
Dalam pidatonya, Soeharto menekankan Indonesia prihatin ketika pertikaian bersenjata terjadi di antara rakyat Timor Timur sendiri. Namun, dengan berakhirnya konflik, Indonesia merasa lega karena rakyat Timor Timur dapat fokus pada pembangunan dan menentukan masa depan mereka dengan kebebasan dan kedamaian yang mereka inginkan.
Dalam konteks ini, kehadiran Indonesia di Timor Timur adalah sebagai mitra yang siap mendukung dan berkolaborasi dengan rakyat Timor Timur. Indonesia mengakui bahwa keputusan mengenai integrasi Timor Timur ke dalam NKRI adalah hak rakyat Timor Timur. Melalui dialog, negosiasi, dan rekonsiliasi, Indonesia berkomitmen untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan bagi semua pihak, dengan menjunjung tinggi keinginan dan aspirasi rakyat Timor Timur.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kehadiran Indonesia di Timor Timur didasari oleh niat yang tulus untuk membebaskan diri dari penjajahan, membangun kerjasama yang adil, dan menghormati keinginan rakyat Timor Timur untuk bersatu dalam NKRI. Pidato Soeharto melukiskan komitmen Indonesia dalam mencapai kemerdekaan, keadilan, dan persatuan yang kuat bagi rakyat Timor Timur. Melalui kolaborasi dan kerjasama yang baik, Indonesia berharap mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi rakyat Timor Timur, di mana kemerdekaan dan kedamaian menjadi pondasi yang kokoh untuk kemajuan bersama.