Partai politik yang lahir pada tahun 1974 dengan nama dalam bahasa Portugis ASSOCIAÇÃO POPULAR DEMOCRÁTICA TIMORENSE disingkat APODETI, didirikan oleh WNI asal eks Provinsi Timor Timur.
Merayakan hari jadinya tersebut, para mantan pengurus dan anggota APODETI dari berbagai daerah berkumpul di Jakarta untuk menggelar reuni pada Sabtu (27/5/2023) di Cafe Until Tomorrow, Tebet Dalam Raya, Jakarta Selatan.
Ada enam inisiator yang menggagas pertemuan dari lintas generasi untuk berkumpul bernostalgia sambil bersilaturahmi, sekaligus memotong kue di hari ulang tahun APODETI itu.
Para insiator tersebut, Joao Meco (Jo Meko), Domingos Koli, Dominggos Policarpus, Filomeno Horany, Bernadino dan Carlos Basmeri, dalam kesempatan tersebut memberikan testimoni dan sejarah perjuangan partai tersebut.
Mereka menyatakan, selaku generasi penerus pro integrasi Timor Timor ke dalam NKRI (kini Timor Leste) akan tetap memperjuangkan dan mensosialisasikan tentang eksistensi APODETI kepada anak cucu yang telah membawa sebagian besar pendukungnya di masa lalu menjadi WNI.
“Kita sebetulnya hanya kumpul-kumpul untuk mengenang HUT Partai APODETI, yang mana kita menjadi bagian Indonesia dan melalui peringatan HUT APODETI kita ingin memperkokoh rasa ke-Indonesiaan kami,” ujar Joao Meco.
Domingos Koli berharap agar integrasi menjadi kenyataan sesuai dengan harapan dan perjuangan APODETI di masa lalu, yang perlu disesuaikan dengan keadaan zaman.
“Karena kami sebagai bangsa Indonesia akan berjuang sekuat tenaga agar integrasi menjadi kenyataan,” katanya.
Domingos Policarpo menjelaskan, APODETI merupakan partai politik bukan gerakan bersenjata. APODETI tidak pernah menyatakan diri sebagai front revolusioner melawan Portugis karena pendiri Partai APODETI bertujuan untuk memperjuangkan status politik wilayah dan rakyat Timor Portugis yang saat itu dibawah cengkraman penjajah Portugis di mana proses integrasi itu harus melalui referendum yang dijanjikan portugal sebagai penguasa wilayah pada waktu itu.
Filomeno Horny beralasan APODETI ingin bergabung dengan Indonesia, karena secara geografis, turun temurun dan budaya wilayah Timor Portugis itu satu bagian dengan Indonesia karena Timor Portugis bagian dari Kupang NTT.
“APODETI akan tetap eksis walaupun dalam jumlah yang sangat kecil seperti ini. Saya meyakini bahwa perjuangan APODETI di masa akan datang tidak akan lekang dimakan oleh waktu,” tegasnya.
Filomeno menambahkan, hipotesa partainya menjadi kenyataan bahwa Timor Timur yang kini menjadi Timor Leste tidak akan dapat ke mana-mana, terbukti saat ini Timor Leste sedang berjuang keras untuk menjadi bagian dari ASEAN, hal mana dahulu APODETI sudah mencanangkan bahwa suatu integrasi teritorial dengan Indonesia sama dengan kembali ke ibu pertiwi yang dahulu dipisah oleh kolonial Belanda dan Portugis.
Dengan demikian, lanjutnya, integrasi regional yakni bergabungnya Timor Leste ke ASEAN itu sebenarnya merupakan salah satu poin penting capaian dan kemenangan politik Partai APODETI, walaupun secara teritorial saat ini wilayah Timor Portugis sudah berdiri sebagai sebuah negara merdeka yang disebut Timor Leste.
Bernadino Mariano Soares mengemukakan bahwa perjuangan APODETI sebenarnya adalah perjuangan untuk mempersatukan Timor Portugis dengan Timor Holandesh (Kupang). “Kupang bagi kami adalah ‘elo’, lingkaran untuk bergabung dengan nusantara,” ujarnya.
Bernadino mengutarakan bahwa APODETI memperjuangkan kehidupan yang lebih baik dibanding masa penjajahan Portugis.
Sementara, Carlos Barmeri selaku wakil generasi muda mengatakan, cita-cita APODETI selaras dengan cita-cita pendiri bangsa Indonesia.
“Cita-cita pendiri bangsa Indonesia yang kami maksud dapat dibuktikan dengan melihat kembali risalah sidang BPUPKI kedua pada tanggal 16 Juli 1945, saat dibahas mengenai wilayah negara Indonesia, disepakati oleh pra peserta sidang BPUPKI bahwa wilayah negara Indonesia sama dengan wilayah Hindia Belanda dahulu ditambah Timor Portugis,” ucapnya.
“Wilayah negara Indonesia itu termasuk di dalamnya adalah Timor Portugis juga karena sejak 1945 telah diklaim oleh pendiri bangsa Indonesia, mereka menegaskan bahwa Timor Portugis juga merupakan bagian dari Indonesia,” tukasnya.
APODETI menampilkan dirinya sebagai sarana yang cocok untuk integrasi Timor Portugis menjadi bagian dari Indonesia melalui proses politik yakni referendum bukan melalui gerakan bersenjata.
Kilas Balik APODETI
Arnaldo dos Reis Araújo adalah seorang pribumi dengan latar belakang sebagai guru agama Katolik atau Katekis kemudian oleh Portugis dianggap sebagai pemberontak maka status guru agamanya dicekal oleh pemerintah Portugis. Dan Arnaldo memilih menjadi peternak sapi.
Ketika revolusi Anyelir di Portugal yang kemudian memberikan kebebasan bagi wilayah-wilayah jajahan untuk membentuk partai politik, dalam rangka proses dekolonisasi maka terbentuk Partai APODETI, dengan Arnaldo dos Reis Araújo sebagai Presiden partai APODETI sekaligus pendiri sedangkan Kepala Strategi dan Sekretaris Jenderal Partai APODETI adalah José Fernando Osório Soares, seorang jebolan sekolah pastor Katolik di Seminari Tinggi Macao, dengan latar belakang pekerjaan sebagai camat di beberapa wilayah di Timor Portugis pada jaman kolonial.
Tanggal 27 Mei 2023 diperingati sebagai hari lahirnya Partai Politik APODETI, karena APODETI telah turut memberikan sumbangsih besar bagi perjalanan sejarah dan masa depan Timor Portugis, kemudian menjadi Timor Timur dan sekarang menjadi Timor Leste. Lambat laun mulai hilang dari ingatan kolektif WNI asal eks Provinsi Timor Timur dan bangsa Indonesia bahkan dunia.
Namun tanpa disadari ‘ruh’ idealisme integrasi dan reunifikasi tetap merupakan suatu kekuatan yang terus memberikan asupan keyakinan bagi sebagian besar WNI asal eks Timor Timur untuk tetap memilih menjadi warga negara Indonesia.
Hilangnya APODETI dari ingatan kolektif tersebut, dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah sejak 7 Desember 1975, integrasi Timor Timur ke dalam pangkuan NKRI tidak berjalan berdasarkan proses politik namun prosesnya diwarnai dengan perang saudara yang sedang berkecamuk di Timor Portugis, kemudian atas nama integrasi konflik yang sedang terjadi tersebut, diselesaikan secara militer dengan menggunakan kekuatan yang berlebihan oleh ABRI sehingga APODETI yang mengusung cita-cita politik integrasi dan reunifikasi perlahan-lahan turut terkubur sejak 7 Desember 1975.
Oleh karena itu, selama 24 tahun integrasi Timor Timur segala upaya untuk mempertahankan integrasi Timor Timur ke dalam NKRI. Ibaratnya seperti manusia yang didalamnya tanpa organ tubuh dan ruh sehingga upaya penguatan integrasi Timor Tmor ke pangkuan ibu pertiwi gagal total.
Hal kedua hilangnya APODETI dari ingatan kolektif karena sejak awal, banyak pihak berpendirian bahwa WNI asal Timor Timur bukan saja terdiri dari elemen APODETI namun ada juga UDT, FRETILIN, KOTA DAN TRABALHISTA sehingga APODETI sudah seharusnya tidak perlu diorganisir atau diredeposisi karena masalah integrasi sudah selesai. Setelah Jajak Pendapat 1999, pendirian yang sama masih disuarakan oleh beberapa pihak namun orang lupa bahwa jika pendirian demikian dibenarkan maka pilihan untuk tetap menjadi warga negara Indonesia pasca Jajak Pendapat landasan idiologisnya apa.
Karena lazimnya perolehan suatu kewarganegaraan harus melalui proses naturalisasi namun kenyataannya WNI asal Timor Timur saat ini tidak melakukan proses naturalisasi, akan tetapi secara otomatis menjadi WNI karena integrasi Timor Timur 1976.
Dengan demikian, jika sejarah APODETI tidak diangkat kembali untuk meluruskan narasi bahwa Timor Timur dijajah Indonesia maka setiap orang dan keturunan warga negara asal eks Propinsi Timor Timur yang memilih menjadi WNI bukan karena pilihan idealisme namun karena hasil dari suatu operasi militer (memilih menjadi WNI karena ikut dan berpihak pada militer), bukan idealisme politik yang dimotivasi oleh suatu perjuangan panjang yang diusung oleh partai politik APODETI.
Mengungkap sisi kebenaran tentang APODETI bukanlah suatu prilaku yang bersifat narsisme sejarah Timor Portugis, kemudian menjadi Timor Timur dan sekarang menjadi Timor Leste melainkan sebuah deskripsi refleksi bagi WNI asal eks Provinsi Timor Timur, yang patut untuk menjadi thema diskursus publik secara terhormat dan beradab, dalam rangka memperkuat keberadaan dan posisi WNI asal eks Provinsi Timor Timur sebagai bagian dari keluarga besar bangsa Indonesia sehingga keIndonesiaan WNI asal eks Provinsi Timor Timur akan dipahami dan diterima secara luas sebagai capaian dari perjuangan panjang integrasi Timor Timur ke dalam NKRI melalui cita-cita politik Partai APODETI.
Memperigati HUT APODETI sekaligus menggali kembali tentang kebenaran sejarah APODETI yang tersisihkan dari sejarah kontemporer Indonesia, sebagai suatu upaya sosialisasi kepada publik untuk meluruskan narasi yang dibangun oleh sebagian pihak bahwa Indonesia pernah menjajah Timor Timur yang sekarang telah merdeka sebagai negara Timor Leste. Sedangkan setiap elemen yang sebelum integrasi Timor Timur berasal dari UDT, FRETILIN, KOTA DAN TRABALHISTA dan kini tetap memilih menjadi WNI diakui atau tidak diakui, seharusnya dipahami dan diterima bahwa mereka-mereka itu telah melebur menjadi bagian dari APODETI dengan menerima menifesto politik partai APODETI yang berjuang untuk integrasi sehingga memperkuat kebhinekaan bangsa Indonesia.