Pelajaran yang Diambil Prabowo dari Yogie Suardi Memet


Bangsa kita bisa merdeka karena perjuangan gigih, perjuangan besar para pendahulu kita. Perjuangan militer generasi ’45. Sebuah perjuangan militer tidak akan bisa berhasil tanpa pemimpin-pemimpin yang memimpin dengan teladan dan memimpin dari depan.

Sikap-sikap yang saya lihat sendiri dijalankan oleh para pemimpin saya, guru-guru saya sepanjang karier di TNI. Sebagian dari mereka adalah bagian dari generasi ’45 yang membebaskan kita dari penjajahan.

Dari mereka saya banyak belajar tentang nilai-nilai kepemimpinan, cinta terhadap tanah air dan setia kepada bangsa dan rakyat. Pelajaran yang saya petik dari salah satu mentor saya, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Yogie Suardi Memet.

Pak Yogie S. Memet terkenal sebagai mantan Danyon 330 Kujang I Siliwangi yang berhasil menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi penumpasan gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan di bawah kendali Pangdam Hasanuddin pada saat itu Kolonel Infanteri Andi Muhammad Yusuf. 

Saya pertama kali mengenal Pak Yogie Suardi Memet saat baru lulus dari latihan komando di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus), Batujajar dengan pangkat Letnan Dua. Setelah lulus, saya melaksanakan Korps Lapor terhadap Komandan Kopassandha saat itu, Brigjen TNI Yogie Suardi Memet. 

Beliau memang seperti umumnya generasi angkatan '45. Wajah simpatik, sorot mata tajam, penuh percaya diri, disiplin, sangat erudite (berpendidikan), menguasai berbagai bahasa asing, dan tentu saja sangat patriotik. 

Saat pertemuan pertama, saya terkesan dengan ajakan beliau ataupun peringatan beliau kepada saya untuk selalu menghormati kedua orang tua. Beliau memang relijius, rajin ke masjid. 

Cerita menarik dari beliau adalah kalau naik mobil dinas, beliau tidak memperkenankan istrinya untuk duduk di depan. Pada waktu itu mobil dinas Komandan Kopassandha adalah Toyota Land Cruiser kanvas. 

Istrinya tetap tidak diperbolehkan duduk di depan meskipun kursi depan kosong karena Pak Yogie tidak ikut. Menurut beliau, mobil dinas Komandan Kopassus bukan untuk mobil istri komandan. Dari dulu saya memang melihat angkatan '45 selalu memberikan hal-hal keteladanan seperti ini.

Sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama