Joao Tavares, namanya memang sangat asing. Namun, siapa sangka rupanya dia adalah Panglima Perang Pro-integrasi yang berjuang demi NKRI . Pada masa kepemimpinan BJ. Habibie pada 27 Januari 1999, jejak pendapat dilakukan bagi rakyat Timor Timur untuk memilih antara bergabung dengan Indonesia atau merdeka.
Salah Satunya Hasil dari pengambilan suara tersebut, sebanyak 78,5 % rakyat memilih merdeka. Dari sinilah milisi pro integrasi bermunculan. Dari beberapa kelompok milisi, terdapat Milisi Halilintar yang dipimpin oleh Joao Tavares dan memiliki kerja sama dengan militer Indonesia. Sebelum menjadi seorang panglima, Joao Tavares juga pernah menjadi anggota partai Apodeti yang pro-Indonesia pada 1970-an.
Setelah Timor Timur merdeka, Tavares melakukan eksodus ke Atambua, Nusa Tenggara Timur. Joao Tavares memiliki nama lengkap Joao Da Silva Tavares. Dia lahir pada 6 April 1931 di Atabae, Bobonaro, Timor Portugis. Dia juga sempat menjabat sebagai Bupati Bobonaro Periode 1985 sampai 1990.
Setelah masa jabatannya habis dia digantikan oleh Guilherme dos Santos. Joao merupakan salah satu dari empat bersaudara dimana salah satu adiknya yang bernama Jorge da Silva Tavares menjadi pemimpin milisi pro otonomi yang kemudian menjabat sebagai Ketua DPRD II Bobonaro.
Panglima yang berjuang demi nama Indonesia ini meninggal pada 8 Juni 2009 lalu di usianya yang ke-78 tahun. Meninggalnya pejuang Pro-integrasi ini mendapat perhatian dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI. Bentuk perhatiannya adalah dengan memberikan penghargaan khusus kepada Panglima PPI, Joao da Silva Tavares.
Dilansir dari kilastimor, pada HUT Kopassus yang diselenggarakan 29 April 2015 di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta, Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus, Mayjen Doni Monardo secara resmi memberikan penghargaan kepada Almarhum Joao da Silva Tavares, dan menetapkannya sebagai Warga Kehormatan Kopassus.
Diwakili oleh Arnaldo da Silva Tavares yang merupakan anak dari Joao Tavares mengungkapkan rasa terimakasih terhadap Kopassus yang masih menaruh hormat pada Pejuang Pro-Integrasi (PPI). Penghargaan ini juga merupakan bentuk pengakuan negara atas perjuangan PPI dalam mempertahankan NKRI di Timor Timur meskipun pada akhirnya provinsi tersebut memisahkan diri dari Indonesia dan menjadi negara merdeka.
Dengan penghargaan ini diharapkan anggota PPI maupun keluarga dan semua pihaknya untuk terus mengobarkan semangat nasionalisme dan terus menegakkan kedaulatan negara.