Fernando Alves Aldeia: Timor Portugis Memang Terbelakang

Kolonel AD Portugal Fernando Alves Aldeia 46 tahun, sebelum diangkat sebagai gubernur Timor Portugis, pernah 2 tahun menjadi walikota di Mozambique, 4 tahun komandan tentara Portugis di Goa dan 10 tahun bertugas di Angola. Ayah dari 5 orang anak, Aldeia kini menjadi gubernur di Dili untuk masa jabatan kedua. Berikut kutipan dari wawancara yang dilakukan oleh wartawan TEMPO Yunus Adicondro di Dili, ibukota Timor jajahan Portugis itu akhir bulan lalu:

TEMPO: Sekarang di mana-mana kita melihat tentara hilir-mudik di Dili. Dapatkah anda menjelaskan hal ini? 

Aldeia: Dulu berbagai pekerjaan itu ditangani oleh polisi, atau yang lazim dikenal sebagai Interpol. Sesungguh nya tugas tentara di sini sama seperti tugas tentara di mana-mana, yakni pertahanan wilayah. Tugas-tugas lainnya sekarang ini hanya temporer, sebab pemerintahan di Portugal telah diambil alih oleh angkatan darat. Tapi tugas-tugas tambahan itu tidak akan permanen, sebab secara bertahap pemerintahan akan dikembalikan ke tangan sipil.

T:  Itukah sebabnya pemerintah Portugal telah memberikan kebebasan pada rakyat di sini membentuk partai-partui politik?

A: Ya. Dalam waktu satu tahun, yunta militer di Portugal akan memberikan kebebasan bagi hidupnya demokrasi di sana. Setelah pemilihan umum dan pemerintahan sipil terbentuk, tentara akan kembali ke tangsi. Hal yang sama akan dilakukan di wilayah-wilayah seberang lautan. Termasuk Timor. Bedanya di sini, pemilihan umum yang akan diselenggarakan dalam waktu setahun, tujuan utamanya untuk menentukan kehendak rakyat: tetap bersatu dengan Portugal sebagai negeri induknya, atau merdeka.

T:  Selubungan dengan masa depan Timor Portugis, di luar tersiar kabar bahwa Portugal, Indonesia dan wakil dari T'imor Portugis akan membentuk suatu Komisi untuk membantu pembangunan Timor. Betulkah itu?

A: Tidak betul. Tidak ada rencana pembentukan Komisi semacam itu. Sebab itu justeru bertentangan dengan kehendak Lisabon yang menginginkan supaya rakyat Timor Portugis sendiri menentukan masa depan mereka.

T: Sejak beberapa tahun terakhir ini ada pendekatan antara pemerintah Portugis di sini dengan pemerintah Indonesia melalui gubernur El Tari. Apakah ini instruksi Lisabon, atau kal prakarsa anda?

A: Itu gagasan saya sendiri. Sebagai tetangga, kita tidak bisa terus-menerus beradu-punggung saja. Karena itu perlu ada kerjasama di bidang budaya, perdagangan, serta lalu-lintas yang lebih leluasa di perbatasan. Saya sangat berbahagia bahwa gubernur El Tari menanggapi uluran tangan ini.

T:  Agak mirip seperti di Indonesia, saya mendengar bahwa di Timor Portugis juga sedang dijalankan semacam pembangunan berencana.

A: Pembangunan di sini sudah memasuki tahap yang ke-empat. Bulan Nopember yang lalu, kami menyelesaikan tahap ketiga. Dalam 5 tahun mendatang 1974-1978 akan dibangun 400 Km jalan raya beraspal, dan 5 lapangan terbang baru. Khusus untuk proyek perhubungan ini, pemerintah Portugal Telah menyediakan bantuan cuma-cuma sebesar 500 milyar escudos (sekitar 7,5 trilyun rupiah-Ed.). Selain itu, sejak 12 tahun terakhir tiap tahun Lisabon men drop 40 juta escudos setahun. Terutama untuk sektor pertanian dan pendidikan. Hasilnya adalah bahwa 77% dari anak-anak yang sudah berusia sekolah berada di bangku sekolah. 

T:  Kendati demikian, dalam soal pendidikan lanjutan dan universitas Timor Portugis masih sangat terkebelakang dengan wilayah-wilayah jajahan Portugis lainnya. Juga di bidang ekonomi, ada yang menyebut Timor sebagai koloni Portugis yang paling terkebelakang.

A: Dengan sedih, harus saya akui Timor memang merupakan wilayah Portugis yang paling terkebelakang. Pemuda-pemuda Timor sendiri yang belajar di Portugal memang sangat mencintai kampung halamannya. Tapi hanya dari kejauhan. Saya sudah meng. anjurkan supaya mereka mau pulang membangun negerinya, tapi apa daya? 

T:   Masih menyangkut soal pengajaran. Beberapa fihak yang saya hubungi di sini mengusulkan, supaya bahasa Indonesia juga diajarkan di lyceu (sekolahsekolah menengah). Bagaimana pendapat anda?

A: Apakah bahasa Portugis juga diajarkan di Indonesia? Kami tidak melihat perlunya bahasa Indonesia diajarkan di sini. Di Timor juga banyak orang Cina, toh bahasa Cina tidak diajarkan di sekolah-sekolah. Sedang bahasa Inggeris dan Perancis tetap kami ajarkan di samping bahasa Portugis supaya pemuda-pemuda di sini dapat meneruskan studinya ke luar negeri. 

T:   Dengan pengajaran ketiga bahasa Eropa itu, apakah pendidikan di sini tidak menjadi terlalu berkiblat ke Barat?

A: Itu tidak mengapa. Malah wajar, sebab Portugal sendiri letaknya di Barat. Bahkan dengan kebudayaan Barat itu, kami telah membawa agama Katolik kemari melalui padri-padri Portugis. Dalam bahasa anda sendiri tersebar banyak kata-kata yang dari bahasa Portugis. Lagipula, kami tidak merusak budaya setempat.


Diambil dari Majalah Tempo, 15 Juni 1974



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama