Pasca kedatangan wartawan ABC, Robert Domm pada 1990 yang mewawancarai Xanana Gusmao, membuat ABRI makin intensif memburu sang pimpinan gerilya Falintil saat itu. Dalam upaya tersebut, almarhum Konis Santana pernah disergap oleh pasukan ABRI.
Jill Jolliffe dalam bukunya Finding Santana menggambarkan kejadian tersebut.
Dalam kabut tebal sekitar pukul 5 pagi. Sergapan ABRI mengejutkan Santana dan unitnya di lereng Ramelau. Enam gerilya gugur setelah pertempuran panjang. Mereka adalah Miguel, Mau Rui Zacarias, Evaristo, Moises Mau Liko, Moises La Sane, dan Moises Mau Huno. Gerilya bernama Kakahe terluka kali pertama dalam kontak tersebut.Konis Santana tertembak di leher,pantat dan kaki. Senjata Santana juga hilang dalam sergapan tersebut.
Santana dan Kakahe terluka serius. Berdua mereka bersembunyi di hutan dan makan sayuran dari kebun penduduk. Makanan mereka daun cami dan peiju. Pecahan peluru membuat Kakahe menderita dan selalu menangis kesakitan. Setelah itu upaya mereka membuahkan hasil ketika bertemu penduduk yang menyembunyikan dan menjaga mereka berdua.
Offensif ABRI saat itu membuat 70-80 gerilya gugur, 30 tertangkap dan 47 senjata disita.
Beberapa poin dari peristiwa tersebut .
Plus :
kinerja klandestein cukup bagus, mampu menyelundupkan wartawan asing
membuat wacana masalah RDTL/Timtim hadir di Internasional
Minus :
Keberhasilan siaran ditebus puluhan gerilyawan tewas/ senjata hilang karena ABRI melakukan operasi mencari lokasi Xanana.
Referensi Bacaan :
FINDING SANTANA
https://www.abc.net.au/news/2015-11-12/25-years-since-interview-that-changed-east-timor/6931254?nw=0&r=Gallery&fbclid=IwAR1mdgL0xiPj5oTOFqyO_gvbb_leQ4p11mj5hpzwRrI3CKFspgxeIFjsmK4