CATATAAN KECIL TENTANG GAGASAN REUNIFIKASI TIMTIM-INDONESIA (BAGIAN 1 TULISAN)

 


Oleh: Basmeri

Gagasan reunifikasi ini mucul oleh kesadaran bahwa  Indonesia dan Timor Timur  memiliki latar sejarah yang sama. Sama-sama berada dalam bentang sejarah masa lalu yang jauh melampaui kehadiran bangsa Portugis di wilayah ini. Kedua wilayah ini kemudian oleh garis sejarah kembali disatukan setelah terpisah oleh garis batas buatan kolonialis. Namun sayangnya kebersamaan ini gagal dipertahankan oleh karena pemimpin kita yg tidak paham akan sejarah. 

Disintegrasi Timor Timur dari NKRI merupakan peristiwa yang sangat mengecewakan. Lepasnya Timor Timur merupakan bentuk penyangkalan terhadap realitas sejarah kesatuan nusantara. Secara geografis dan kultural, manusia Timor  merupakan satu-kesatuan yang terikat dalam relasi resiprokal dengan masyarakat kepulauan Nusa Tenggara Timur. Kepulauan Nusa Tenggara Timor merupakan bagian kepulauan nusantara yang membentang dari selatan Philipina dan Thailand hingga Papua. Bentangan wilayah nusantara ini berada di bawah kekuasaan dua negara kuat berbentuk kerajaan.

Partai-partai pendukung integrasi yang mengintegrasikan Timor Timur ke dalam NKRI pada tahun 1975 merupakan bentuk nyata kesetiaan terhadap sejarah nusantara. Integrasi Timor Timur merupakan penggenapan sejarah dan tidak menyalahi apa pun termasuk ideologi politik masyarakat Timor Timur sendiri. Upaya integrasi dengan keringat dan darah oleh para perintis dalam perjalanannya tidak menemukan keselarasan dengan kekuasaan negara ini.

Kepemimpinan nasional Indonesia yang rendah sensitivitas sejarah nusantara dan perjuangan kaum integrasionis menjadi bom waktu lepasnya Timor Timur. Keputusan jajak pendapat oleh Presiden Habibie menggambarkan rendahnya pemahaman atas sejarah nusantara, tidak adanya sensitivitas terhadap perjuangan kaum integrasionis, rendahnya pemahaman atas persoalan integrasi Timor Timur serta pengetahuan dan pengalaman politik yang rendah, telah memasung Presiden Habibie dari ruang kesadaran politik rasional.

Masyarakat Indonesia khususnya kaum integrasionis berkewajiban menolak berdirinya Timor Leste sebagai suatu negara oleh karena berdirnya Timor Leste tidak berangkat dari kondisi kolonialisme-imperialisme, Timtim bukanlah wilayah jajahan Indonesia. Pandangan selanjutnya mengarah kepada realitas sosial dan politik yang selama ini diabaikan oleh para pihak termasuk PBB sendiri. Realitas yang dimaksud dalam konteks ini adalah berdirinya negara Timor Leste merupakan pengkhianatan sejarah dan politik terhadap Indonesia. Sejarah mencatat Timor Leste  sebelum kedatangan Portugis bukan sebuah negara merdeka tetapi bagian integral dari nusantara. Politik menjelaskan bahwa mengintegrasikan Timor Timur ke dalam wilayah NKRI merupakan peneguhan sejarah nusantara.

Ketika Timor Timur telah terintegrasi menjadi bagian dari NKRI, dunia menolak dan tidak dapat menerimanya  oleh karena klaim Portugal sebagai adm power dan perlawanan segelintir gank bersenjata Fretillin. PBB mensyaratkan penyelesaian sengketa antara rakyat Timtim prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan Resolusi 1541 (1960). Pertanyaan apakah melalui referendum sesuai resolusi 1514 (1960) dan 1541 (1960) maka jawaban normatif-faktual adalah justru Fretilin telah menolak referendum pada tahun 1976 dan lebih dahulu mengambil tindakan sepihak memproklamasikan kemerdekaan Timor Leste, selanjutnya menggunakan kekerasan militer untuk menguasai Timor Portugis. Dunia sengaja mengabaikan realitas krisis politik dan kemanusiaan akibat ambisi politik Fretilin untuk menguasai Timor Timur. Kondisi sosisl, politik dan keamanan yang tepuruk akibat perang saudara menyebabkan proses dekolonisasi berhenti. Ketika terjadi penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan oleh Fretilin meluas ke mana-mana dunia serasa sunyi dalam diam.  Dunia tidak pernah hadir,  bahkan PBB pun lepas tangan seperti halnya Portugis melarikan diri. Dunia mengabaikan realitas ini.  Dunia justru memilih untuk bertanya, mengapa tidak melakukan referendum atau kapan melaksanakan referendum?? Sikap dan pandangan anti kemanusiaan Fretillin  ini justru mendapat tempat di dunia dan PBB selalu ada di bekalangnya. Dunia dan PBB abai mencermati bagaimana Fretilin memanfaatkan kekuatan militer untuk meneror masyarakat pro integrasi. Ketika pro Integrasi dibantai Fretillin dunia diam, namun PBB dan dunia akan lantang ketika seorang Xanana yg sedang mengenakan kolor merah ditangkap Kopassus di persembunyiannya di kota Dili.


BERSAMBUNG KE BAGIAN 2

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama