Operasi pertempuran di Natarbora, Timor Timur yang sekarang menjadi negara Timor Leste, diakui Mayor Jenderal TNI (Purn) Kivlan Zen merupakan pertempuran terberat. Pasalnya dalam pertempuran melawan Fretilin tersebut, tiga anggota TNI gugur. Seperti dikutip dari buku Kivlan Zen, Dari Fitnah Ke Fitnah, pria kelahiran 24 Desember 1946 ini menceritakan awal mula timnya terkepung di daerah rawa Natarbora, di pantai selatan Timor Timur. "Pada 7 Juli 1987, kami mengisi logistik di tepi jalan antara Sungai Letter S melewati Barique dengan pengawalan di sebuah bukit di atas jalan," kata Kivlan Zen, Minggu (30/10/2022).
Pos pengintai melihat rombongan besar Fretilin dari Aituha melintas ke Gunung Aitana. Pos Kotis dan beberapa tim mengikuti rombongan besar itu ke arah Gunung Aitana selama tiga hari. "Dukungan logistik menipis, maka bagi tim yang masih memiliki logistik berupa beras dan lauk kering, dikumpulkan dan diserahkan ke tim Letda Putut Winarno, Letd Suyono, Letda Syarifudin Harahap, Letda Raji'un, dan Sertu Chandra Hasan untuk tetap membuntuti rombongan besar Fretilin," jelas Kivlan. Akhirnya rombongan tersebut menuju rawa Siwalan di Natarbora yang penuh sagu dan berdiam di sana. Berdasarkan info Tenaga Bantuan Operasi (TBO) asli orang Timor Timur yang menggunakan bahasa Tetun, terdengar suara teriakan Xanana ada di dalamnya. "Semua tim yang mengisi dukungan logistik di selatan Barique siap menusuk dan menyerang rombongan Xanana dari arah barat rawa siwalan Natarbora," ucap Kivlan. Kivlan dan Poskotis berada di dalam rawa bersama tim Putut Winarno Cs tidak bisa mengendalikan komunikasi dengan radio PRC 77 dengan lima tim yang membuntuti Xanana dan rombongannya. Pada 8 Juli 1987 sekitar pukul 16.00 tiba-tiba 5 tim tersebut terkepung di rawa siwalan Natarbora. Sedangkan tim yang mengisi dukungan logistik di jalan raya Barique-Natarbora belum selesai mengisi logistik. "Terjadi tembak-menembak di rawa yang rapat pohon siwalannya. Dua orang prajurit anggota tim Sertu Chandra Hasan gugur. Kejadian ini membuat Sertu Chandra Hasan marah dan ia berdiri menantang Fretilin," jelasnya. "Karena posisinya berdiri, membuatnya menjadi sasaran tembak dan akhirnya Sertu Chandra juga gugur," tambah Kivlan.
Kivlan kemudian memerintahkan agar senjata dan radio jangan sampai direbut Fretilin. Sementara pasukan yang sudah mengisi logistik segera merapat memberikan bantuan kepada tim Putut Winarno Cs. Terjadilah pertempuran besar di rawa sagu melawan ribuan Fretilin sampai malam gelap. "Baru kali ini aku mengalami pertempuran besar dibantu tembakan pesawat terbang, helikopter, tembakan Armed, dan tembakan kapal. Dari pihak Fretilin banyak yang meninggal selama perang tersebut," tuturnya. Jenazah Sertu Chandra hasan dan 2 prajurit yang gugur dievakuasi ke Dili menggunakan helikopter untuk dimakamkan di TMP Dili. "Selesai pertempuran besar itu, seluruh anggota Batalyon 303 melakukan pembersihan sampai ke pantai Lautan Hindia melalui rawa bakau dan bermalam di pantai," tutupnya.