Tanggal 7 Desember selalu menjadi hari yang spesial dan penuh kenangan bagi 316 prajurit Kopasgat TNI AU. Pada hari itu, Minggu, 7 Desember 1975, mereka menerima perintah untuk diterjunkan di Dili, Timor Timur. Dua hari kemudian, sebagian dari mereka akan diterjunkan di Baucau.
Namun karena penerjunan sorti pertama tidak berjalan sesuai rencana, sorti kedua yang akan membawa 158 prajurit Detasemen A Kopasgat dipimpin Kapten Pas Pangabalan Silaen, urung dilaksanakan.
Pesawat C-130 Hercules TNI AU mendapat serangan dari bawah. Beberapa pesawat tertembak, termasuk prajurit Satgas Nanggala V Kopassandha yang dihujani tembakan dari bawah oleh Fretilin sehingga beberapa dari mereka sudah gugur saat mendarat di lokasi.
“Karena itu akhirnya kami tidak jadi diterjunkan, padahal sudah bersiap di apron untuk boarding sebelum dibatalkan,” ungkap Marsma (Pur) Nanok Soeratno saat memberikan sambutan pada acara “Reuni 46 Tahun Sukarelawan Kopasgat Serbuan Timor Timur 7 Desember 1975 – 7 Desember 2021” di Margahayu, Bandung (7/12/2021).
Saat itu, Kapten Pas Nanok Soeratno menjadi Komandan Kompi Detasemen A membawahi tiga peleton berkekuatan 105 prajurit.
Cerita pun mengalir. Kenangan-kenangan pahit, suka, duka, dan menggelikan 46 tahun silam itu pun mengalir lancar dari setiap mantan anggota sukarelawan Kopasgat dalam Operasi Seroja.
Lucunya, pertemuan di antara mereka yang hadir pun tidak mesti langsung saling mengenali. Ada yang saling bertanya. Maklum sudah lama tidak bertemu.
“Kamu siapa?” Atau, “Masih ingat nggak, saya siapa.” Marsma (Pur) Nanok pun sempat menanyakan salah seorang bekas anggotanya. “Mana itu, yang suka pakai cincin, siapa namanya, ya?” Lalu ada yang nyeletuk, “Hengki, Pak.”
Pemberangkatan dua Detasemen Kopasgat ke Timtim sebagai pembuka Operasi Seroja, berdasarkan Sprin Danjen Kopasgat Marsma TNI R. Soeprantijo. Dua surat perintah (Sprin) bertanggal 6 Desember ini dikeluarkan, yaitu Sprin No: 761/XII/ 1975 untuk Detasemen A dan Sprin No: 762/XII/ 1975 untuk Detasemen B.
Detasemen A dipimpin Kapten Pas Silaen, mendapat perintah untuk diterjunkan di Dili guna merebut lapangan terbang pada 7 Desember 1975. Sedangkan Detasemen B dipimpin Kapten Pas Affendi, dengan misi yang sama yaitu merebut lapangan terbang di Baucau pada 9 Desember 1975.
“Disitulah untuk pertama kalinya kita melaksanakan yang namanya OP3UD, meski tidak sempurna dan banyak kekurangan, tapi kita bisa melakukannya,” ungkap Nanok bangga. Hal yang sama ditegaskan juga oleh Marsdya (Pur) Budhy Santoso yang hadir melalui video conference.
OP3UD (Operasi Perebutan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan) adalah konsep operasi spesifik matra udara yang dianut Korpaskhas hingga saat ini.
Begitulah sekilas suasana kebatinan saat 24 mantan anggota sukarelawan Kopasgat dalam Operasi Seroja pada 7 Desember 1975, menghadiri reuni di Gedung Pandawa Pusdiklat Korpaskhas hari ini, Selasa, 7 Desember 2021. Turut hadir 18 warakawuri mewakili suami mereka yang sudah meninggal.
Acara ini diberi nama “Reuni 46 Tahun Sukarelawan Kopasgat Serbuan Timor Timur 7 Desember 1975 – 7 Desember 2021”.
“Ini reuni resmi pertama sejak tahun 1975, jadi suasananya haru serta penuh suka cita dan kangen-kangenan,” ujar Nanok Soeratno yang merupakan mantan Dankorpaskhas ke-18 dan juga Ketua Paguyuban Purnawirawan Baret Jingga.
Kenapa disebut sukarelawan? Karena, kata Nanok lagi, sejak dari keberangkatan di basis mereka sudah diperintahkan untuk melepaskan semua atribut ABRI di pakaian termasuk menyerahkan KTA (Kartu Tanda Anggota). Di daerah operasi pun, mereka lebih banyak mengenakan baju sipil seperti kaos dan celana jeans.
Sedianya reuni ini akan diadakan secara mandiri oleh komunitas mantan anggota Detasemen A dan B. Namun ternyata rencana ini terendus oleh Mako Korpaskhas, sehingga Komandan Korpaskhas Marsda TNI Eris Widodo memutuskan untuk menyediakan tempat dan memfasilitas reuni ini.
“Saya menghormati beliau semua, senior-senior saya, untuk itu saya minta Mako mengambil-alih acara dengan memfasilitasi di sini,” jelas Marsda Eris. Itu pula sebabnya di dalam sambutannya, Marsma (Pur) Nanok Soeratno menyampaikan apresiasinya atas perhatian Mako Korpaskhas.
“Saya mewakili teman-teman mengucapkan terima kasih atas perhatian Mako kepada kami purnawirawan,” ujar Nanok. Menurut Nanok, ini menunjukkan bahwa ikatan batin antara purnawirawan dengan Korpaskhas tidak akan pernah putus.
Turut hadir pada acara ini Mayor (Pur) Pangabalan Silaen yang saat itu menjadi Komandan Detasemen A.
Pak Silaen adalah sarjana olahraga yang masuk TNI melalui jalur perwira karier. Pak Silaen yang mengikuti pendidikan komando di Kopassandha, menyebut dirinya sebagai alumni Akabri Cimariuk.
Dalam acara ini dilakukan penyerahan dokumentasi dari Pak Silaen kepada Dankprpaskhas. Sebaliknya Dankorpaskhas menyerahkan tali asih kepada warakawuri dan anggota sukarelawan yang saat ini dalam kondisi sakit.
Dokumentasi yang diserahkan Mayor (Pur) Silaen kepada Dankorpaskhas Marsda TNI Eris Widodo, berisi salinan surat perintah penugasan yang ditandatangani oleh Danjen Kopasgat, beserta foto-foto penugasan selama mereka berada di Dili dan Baucau.
“Ini adalah acara sambung rasa antara sukarelawan dan warakawuri dengan dinas (Korpaskhas). Jadi saya harap kita bisa bersilaturahim dan berbagi cerita karena lama tidak jumpa, karena baru sekal ini kita melaksanakan reuni. Saya sangat bangga karena acara ini direspon oleh dinas dan Mabesau, termasuk KSAU pun mendukung acara kita ini,” ucap Nanok Soeratno selaku inisiator.
Komando!!!