Berbagi cerita warga Transmigrasi asal Timor Leste: JALAN PANJANG MERAIH HARAPAN


Warga PATRI se Indonesia. Izinkan saya berbagi cerita.

Pak Lurah PATRI, awalnya saya seorang katolik. Berasal dari sebuah daerah di Kampung Caubai Uailaha Venilale,  Baucau Timor Timur. 

Pada Agustus 1994, saya hijrah menjadi muslim di kantor MUI. Pada saat itu, kami rombongan 32 orang, menuju kota Bandung. Naik kapal laut Kelimutu. Setelah menempuh 4 hari 4 malam, sampailah di Gilimanuk Banyuwangi. Perjalanan ke Bandung dilanjutkan secara estafet jalan darat. Setelah naik bus 3 hari 3 malam, sampailah di Bandung. Lokasi yang dituju tepatnya di Cibiru. Disebuah kontrakan, Jln IKIP (sekarang UPI) Bandung. 

Selama 2 minggu kami tinggal di kawasan kantor MUI Kota Bandung. Kemudian pada hari berikutnya kami dititipkan ke seluruh ponpes di Jawa Barat. Alhamdulillah, saya di ponpes Arafah, Mukapayung Cililin, Kabupaten Bandung Barat. 

Suatu hari 1997, kami rapat. Akhirnya terbentuk sebuah yayasan Lemorai Timor Indonesia. Berpusat di Kota Cimahi, dipimpin oleh saudaraku, Hasan Basri. Setelah jajak pendapat di Timor Timur, pada tanggal 30 Agustus 1999, terjadilah kerusuhan. Sehingga banyak warga yang berbondong-bondong ke berbatasan Atambua. Melihat hal itu, kami mempunyai solusi untuk teman-teman yang muslim. Bekerja sama dengan Satkorlak Pusat, menjemput mereka di Atambua dan sekitarnya. 

Penjemputan dari Kupang naik kapal laut Dobon Solo. Sampai pada 26 September 1999. Setelah 3 hari di tampung di PUSDAI Bandung, lalu pindah ke Nagrek. Kemudian pindah lagi ke Sukabumi. Tepatnya di ponpes Al Imam. Pengasuhnya beliau, H. Buchori Muslim (almarhum).

Dari Sukabumi, sehabis lebaran Idul Qurban, kami diberangkatkan menuju Palembang. Sampai di Transito Plaju tepat 15 Februari 2000. Selanjutnya menuju lokasi permukiman transmigrasi UPT 3 SP 5, tanggal 20 Februari 2000. 

Saat ini kami masih setia tinggal di UPT 3 SP 5 Air Tenggulang Baru, Babat Supat, Musi Banyuasin. Kimtrans kami dihuni berbagai macam suku. Mereka rukun damai berkumpul di sini. Hanya ada masalah yang belum tuntas, yaitu hak lahan usaha. Hingga saat ini belum kami dapatkan. Sebagai petani, kami sangat mengharapkan hal itu.

Semoga dari cerita singkat ini, bisa menjadi referensi bagi keluarga transmigran. Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan, kepada warga PATRI dan Indonesia.

Satu tekat kami, hanya lah merah-putih, dan aquidah, bukan kami tidak memiliki tanah kelahiran, tetapi, merah putih membuat kami harus meninggalkan,sanak saudara dan orang tua, demi NKRI harga mati, tetapi perjuangan ini belum selesai, masih ada , yaitu, tentang SHM,lu 1,152ha, belum ada SHM dan lu2, sebanyak,300ha, masih kendala,di pelepasan hutan oleh kementerian KLH dan kehutanan, RI, kami adalah titipan negara,jadi kami lewat rumah PATRI Sumsel ini,bisa menjembatani, untuk bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kami tentang SHM,##kami masuk program IPL Tahun 2018-2019,


Salam kemerdekaan!!!

Salam Perekat Bangsa!!!

Musi Banyuasin, 15/08/2022


M. Yusuf (Antonio Jag)


Sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama