Timor Loro Sae atau Republik Demokrat Timor Leste akan menjadi negara baru secara resmi mulai 20 Mei besok. Menurut rencana, acara itu juga sekaligus buat melantik pejabat presiden terpilih pertama Timor Timur: Jose Alexandre "Xanana" Gusmao. Terasa miris tatkala mengingat bahwa negara baru tadi adalah bekas bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun kini, mantan provinsi ke-27 RI itu bakal menjadi negara berdaulat penuh, yang harus dihormati keberadaannya.
Timtim sepakat bergabung dengan RI pada 30 November 1975 menyusul Deklarasi Balibo atau pernyataan berintegrasi yang dilontarkan Xavier Lopez da Cruz, mewakili tiga partai politik di Timtim. Di antaranya adalah Uniao Democratic Timorense (UDT) dan Apodeti. Terhitung pada 17 Juli 1976, Timtim resmi menjadi provinsi ke-27. Status itu berubah, saat Bumi Loro Sae akhirnya harus "dilepas", setelah Indonesia kalah telak suara dalam pemungutan suara September 1999.
Deklarasi Balibo sebenarnya adalah tandingan dari proklamasi Republik Demokrasi Timtim yang dicetuskan Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente (Fretilin) di Lapangan Boa Ventura Dili, 28 November pada tahun yang sama. Saat itu, di antara tokoh-tokoh politik di Timtim memang saling berbeda pandangan. UDT misalnya, menganjurkan suatu proses otonomi progresif di bawah Portugal. Fretilin mengusung perjuangan kemerdekaan penuh bagi Timtim dan paling radikal serta cenderung kiri. Sementara Apodeti, memilih Timtim berintegrasi dengan Indonesia.
Nah, perbedaan pandangan politik ini menyebabkan proses integrasi Timtim ke RI tak berlangsung mulus. Perang saudara pun meletus antara yang setuju bergabung dan yang tidak. Pertikaian demi pertikaian terus mewarnai sejarah Timor Leste. Buntutnya, Indonesia menggelar Operasi Seroja buat "mengakhiri" perang saudara. Buntutnya, tragedi mencatat sekitar 3.500 prajurit yang terlibat dalam Operasi Seroja gugur. Sementara sekitar 2.000 lainnya cacat seumur hidup.
Sejalan dengan Operasi Seroja, pemerintah Indonesia juga berupaya keras buat merebut hati rakyat Timtim. Di antaranya dengan mengalokasikan sekitar 20 persen dari total dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selama belasan tahun ke sana. Dengan modal itu, pemerintah membangun sejumlah sarana fisik di hampir seluruh wilayah Timtim. Jalan-jalan beraspal pun mulai terlihat, bahkan mencapai desa-desa terpencil yang sejak ratusan tahun selama di bawah Portugal belum diperhatikan. Sementara di dunia pendidikan, pemerintah membangun sejumlah gedung sekolah, mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Wujud menggaet perhatian di bidang keagamaan, pemerintah membangun Patung Kristus Raja berukuran raksasa di tepi Pantai Dili. Pada hari peresmian patung itu, Presiden Soeharto dikukuhkan sebagai Bapak Integrasi Timor Timur. Khusus untuk menyelesaikan konflik antara dua kelompok masyarakat Timtim yang berbeda pendapat, pemerintah juga menggandeng Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menggelar Dialog "All Inclusive Timoresse Dialogue".
Harus diakui, sejak bergabung dengan RI, pembangunan di Timtim memang cukup berkembang meski belum terlalu pesat. Namun, mimpi buruk seolah terjadi menyusul opsi yang ditawarkan Presiden B.J. Habibie--presiden saat itu--kepada warga Timtim. Mereka ditawari merdeka atau bergabung dengan RI. Buntutnya, seperti kenyataan yang akan digelar esok hari: Timor Leste akan menjadi negara baru yang berdaulat penuh. Meski, Timtim tak lekang dari ingatan.