Tidak banyak wartawan yang bertaruh nyali untuk masuk ke sarang musuh pemerintah untuk sebuah wawancara. Saat Orde Baru berkuasa di Timor Timur (Timtim) adalah Falintil yang menjadi musuhnya. Sebagai wartawan yang ingin melihat "cover both side", akhirnya masuk ke sarang lawan pemerintah kala itu. Wartawan ini dikenal sebagai aktivus ProDem dan pendiri AJI (Aliansi Jurnalis Independent).
Di tahun 2015, wartawan bernama "Honey Boney" menulis tentang kisahnya seperti ini:
ketemu foto lama..wartawan Indonesia pertama yang masuk ke hutan di gunung area Los Palos Timor Timur, tempat persembunyian tentara Fretilin. Saat mewawancarai Kepala Staf Tentara Fretilin, Comandante Lere Anan Timor (berjambang lebat), yang sekarang menjabat Panglima Angkatan Bersenjata Negara Timor Leste, April 1998, beberapa bulan sebelum kejatuhan Presiden Soeharto. Senjata yang saya pegang itu adalah senjata yang dirampas Fretilin dari prajurit ABRI. Sekarang baru kepikir kog sy berani banget ya masuk ke sana di saat konflik bersenjata..tapi itulah tantangan bagi wartawan independen dan profesional yang harus meliput cover both side, tidak hanya mewawancarai tentara ABRI saja, tapi juga musuhnya kala itu...
Berikut adalah apa yang dimaksud "foto lama", dan wartawan itu ditandai dengan warna merah.
Nopember 2022, beliau mengingat kisah setelah wawancara tersebut:
Los Palos, salah satu pantainya wilayah Tutuala, setelah keluar dari Hutan mewawancarai Lere, sempat ketemu dgn tentara ABRI yg lagi patroli di Tutuala. krn mereka melihat perawakan sy yg bukan spt org Indonesia, sempat curiga, tp setelah bs menunjukkan ktp, baru nanya ngapain jauh2 kesini. Sy bilang, sy fotografer khusus alam Dan ada srt tugas dari media Jakarta. Setelah lihat srt tugasnya, baru mereka pergi tp sempat mencatat nama ktp sy. Untung jaman itu blm foto digital, klu mereka lihat ada foto dgn Lere, skrg mungkin sy sdh tinggal nama. Puji Tuhan, Alhamdulilah.
Penggalan kisah diatas, kini menjadi saksi tentang apa yang terjadi di Timtim. Ya, ini saksi bagaimana wartawan bekerja dan berpendirian secara profesional.
Terima kasih Om Honey atas kisahnya ini.
Oya, perihal isi wawancaranya, barangkali di post lainnya akan diterbitkan yaa....