Warga Pro Indonesia Asal Timor Timur Reuni Akbar di Kupang, Mengenang 4 September 1999


Sebuah peristiwa penting berlalu begirtu saja. Tidak ada media main stream yang meliput. Hanya ada satu dua berita dari media lokal Kupang dan berita online. Padahal, 4 September 1999 merupakan tragedi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di bumi Pertiwi.

Pada 4 September 1999 itu, hasil Jajak Pendapat Timor Timur diumumkan. Hasil Jajak Pendapat itulah yang kemudian menjadi tonggak berdirinya sebuah negara baru di kawasan Asia Tenggara, bernama Timor Leste. Meskipun hingga saat ini, negara baru itu masih memeras keringat untuk memperoleh identitas keanggotaan dalam organisasi ASEAN.

Dalam sambutan tertulisnya pada acara Reuni Akbar mengenang peristiwa 4 September di Kupang, tokoh warga eks Timor Timur pro Indonesia, Eurico Guterres mengatakan, 4 September 1999 adalah tragedi politik tentang kegagalan mempertahankan persatuan bangsa dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang ditandai dengan hilangnya sebagian wilayah negara ini dan hapusnya kedaulatan Indonesia terhadap Timor Timur, yang sebelumnya merupakan Provinsi ke-27.

Lantas apakah karena peristiwa 4 September 1999 itu merupakan goresan perih dalam kewibawaan Indonesia sehingga ia dibiarkan berlalu tanpa porsi pemberitaan yang luas? Entahlah.  

Yang jelas, ribuan warga pro Indonesia asal Timor Timur mengenang pengumuman hasil Jajak Pendapat Timur Timur 4 September 1999 dengan melakukan Reuni Akbar di Kupang, 3-4 September 2022, dan tabur bunga pada makam tokoh Timor Timur di Taman Makam Pahlawan Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan yang bertema Napak Tilas 23 Keberadaan Eks Pejuang dan Warga Timor Timur di Indonesia dan Manca Negara itu dihadiri oleh perwakilan 13 eks Kabupaten di Timor Timur yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pejuang Timor Timur, dan juga pasukan Bela Negara dengan atribut loreng lengkap.

Masing-masing perwakilan pejuang itu kemudian berkesempatan memberi pandangan reflektif menyangkut keberadaan mereka di Indonesia dan manca negara pasca pengumuman hasil jajak pendapat Timor Timur.

Yang menarik, dari pernyataan yang dilontarkan oleh masing-masing perwakilan, tertangkap kesan betapa kuatnya mereka mempertahankan keindonesiaanya. Meskipun kehidupan mereka di Timor Barat masih jauh dari sejahtera.

Mereka bahkan tidak berniat kembali ke Timor Leste. Alasannya, Timor Leste sendiri masih bergelut melawan kemiskinan dan sempitnya lapangan kerja.

Sehingga kepulangan mereka hanya akan menambah beban pembiayaan pemerintah Timor Leste, yang menggantungkan diri pada sumber minyak yang mau kering di Timor Gap.

Meskipun mereka tidak berniat kembali ke Timor Leste, namun Eurico Guterres menghimbau kepada pengikutnya yang hadir untuk tetap melakukan komunikasi dengan sanak famili di Timor Leste. Tak ada ungkapan sakit hati maupun dendam yang terlontar darinya.

"Kita perlu menjalin komunikasi dengan saudara-saudara kita sesama Timorenses di Timor Leste. Sebab, Timor hanya satu. Dan karena hanya satu Timor, maka sepatutnya kita menjaga keutuhan sebagai komunitas Timor. Jika ada perbedaan, maka jangan dijadikan alasan untuk menimbulkan perselisihan," kata Eurico Guterres.

Penerima Bintang Jasa Utama dari Pemerintah Indonesia itu juga menekankan perlunya menjaga persatuan dan kesatuan dalam interaksi sosial di masyarakat. “Kita perlu saling merangkul dalam persaudaraan yang erat, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.


Sumber





Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama