Berdasarkan slide diatas, maka Invasi, Pembantaian, Penghancuran 1999, dan Tewas adalah dasar disebut bahwa Indonesia menjajah Timor Leste.
Bagi mereka yang belajar sejarah Indonesia, bisa jadi bertanya-tanya soal isi foto dibawah ini. Di sekolah SMP dan SMA di Indonesia, siswa diajak berfikir "apakah kondisi pada bidang tertentu bisa disebut sebagai sebuah penjajahan ?.
Di sekolah, siswa diajak untuk menguraikan seperti apa "bukti" bentuk-bentuk penjajahan diberbagai bidang kehidupan seperti pada:
1. Bidang Pendidikan: jaman Belanda, Ide "pendidikan untuk semua tidak ada" karena pendidikan hanya untuk golongan tertentu saja. Beasiswa yang ditawarkan banyak ditolak oleh kaum muda pergerakan.
2. Bidang Ekonomi: jaman Belanda, monopoli pada produk yang laku dipasaran Eropa dan itu ditanam oleh rakyat. Pajak besar, sewa tanah merugikan rakyat. Kebanyakan rakyat dgn ekonomi buruk. SDA dikeruk untuk sang penjajah.
3. Bidang Politik: jaman Belanda, segala hal yang menyatakan Indonesia Merdeka, dilarang.
4. Bidang Sosial: jaman Belanda, ada pembeda perlakuan (diskriminasi) antara rakyat Indonesia yang dijajah dengan bangsa Eropa. Ini terjadi karena Indonesian ada di lapisan sosial bawah (lower).
...dan masih ada uraian dibidang lainnya.
Dalam tradisi sejarah indonesia, untuk menyebut penjajah maka melekat hal berikut.
Bangsa yang melakukan
1. Diskriminatif
2. Penghisapan
3. Larangan ide kemerdekaan
Kesemuanya itu berdampak buruk bagi rakyat, selain miskin, menjadi warga kelas bawah, dan minim orang terdidik, sudah barang tentu SDA diambil sipenjajah.
Oleh karenanya, mereka yang berpendidikan di Indonesia yang cukup baik merekam dan mengikuti pelajaran sejarah versi resmi negara ini, banyak yang tidak setuju dengan ungkapan "Indonesia menjajah Timor Leste".
Adapun sistem pendidikan Timor Leste, sudah tentu berbeda. Produknya untuk menyebut kriteria "sang penjajah ialah tentang invasi dan kekerasan juga kematian". Produk Indonesia, rasanya tidak cukup dengan standar demikian, bahkan disebut bahwa kematian dalam perjuangan adalah konsekuensi wajar dalam menempuh sebuah kemerdekaan. Kemerdekaan dalam sejarah Indonesia untuk menyebut lepas dari penjajah yang menghisap, sekaligus diskriminatif juga larang ide kemerdekaan Indonesia.
Dengan demikian, mari tempatkan ini sebagai sebuah perbedaan pendapat yang wajar karena pembangunan jati diri bangsa dilakukan dengan paradigma yang tidak seragam, namun tetaplah dengan cara yang sama: "via sejarah di sekolah".
TtF