Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta mengatakan RI menjadi salah satu negara yang tertarik untuk berinvestasi dalam proyek gas Greater Sunrise di perairan antara negara itu dan Australia. Hal tersebut dikatakannya dalam pidato di National Press Club di Canberra, Rabu (7/9/2022).
"Jadi Indonesia adalah investor potensial di Greater Sunrise. Kenapa tidak?," katanya, dikutip Reuters.
Meski demikian RI tak sendiri. Sejumlah negara lain yakni Korea Selatan (Korsel), Jepang dan China juga menunjukkan ketertarikan serupa.
"Korsel adalah salah satu investor potensial yang besar. Investor dari Jepang dan China juga bisa tertarik," tambahnya.
Greater Sunrise sendiri memiliki dua ladang gas utama. Ini pertama kali ditemukan pada tahun 1974 dan menampung sekitar 5,1 triliun kaki kubik gas dan 226 juta barel kondensat, sejenis minyak mentah ringan yang biasanya ditemukan dengan gas.
Pembangunan pertama kali terhenti oleh sengketa batas maritim dengan Australia. Namun, meski hal itu diselesaikan pada 2018, ketidaksepakatan juga muncul tentang penyaluran gas ke pabrik gas alam cair (LNG), apakah ke Timor Timur atau Darwin.
Ramos-Horta mendesak Australia untuk mendukung rencana penyaluran gas ke Timor Leste. Di mana dia mengatakan proyek tersebut dapat memberikan pendapatan sebesar US$100 miliar dan manfaat pembangunan bagi negara tersebut.
Menurutnya proyek ini adalah kunci masa depan Timor Leste sebagai sumber pendapatan utamanya. Apalagi ladang minyak dan gas Bayu Undan, bernilai US$ 18 miliar, akan berhenti berproduksi akhir tahun ini.