Video yang Timtim Files komentari dibuat 1 bulan lalu ketika Mata Najwa merilis video yang menghebohkan itu. Video berdurasi nyaris 14 menit membuat Timtim Files harus menontonnya hingga tuntas karya pemuda Basten Sebo.
Sebo tidak asing bagi mereka yang suka konten soal Timor Leste (TL) dan NTT, Timtim Files sudah menjadi subscriber-nya sejak lama. Kini, menariknya, pemuda ini membahas peristiwa sejarah yang, terlihat tidak dikuasainya ketika berdebat di kolom komentar dengan akun warga TL. Entah apakah hanya untuk konfirmasi kepada lawan debatnya atau sengaja pura-pura tidak tahu, Timtim Files akhirnya menulis respon sebagai berikut.
Salam
Berbagi info saja bang. Pada menit ke-13-an, disebutkan soal perjanjian rahasia. Itu bukan rahasia lagi kalau sekarang sudah dapat dibaca di internet, bahkan baru2 ini ada yang membahasnya dalam bentuk buku (org Aussi). Kisah di atas pesawat itu adalah perjanjian antara Ali Alatas dan Gareth Evans dalam perjanjian Celah Timor, 11 Des 1989. Perjanjian yang ditandatangani menlu kedua negara disebut pembagiannya ialah 50:50.
Ups, jangan berfikir kejauhan. Pendapatan minyak tersebut "belum maksimal" untuk menjadi primadona pendapatan asli daerah (PAD) karena senyatanya, pembangunan yang massif di Timtim jika dibanding propinsi Indonesia lainnya ialah 97% dari APBN, dan 3% dari PAD. Kenapa PDA kecil, salah satu utamanya, keruk minyak hingga dapat dijual menjadi uang/pendapatan membutuhkan waktu tahunan, bukanlah harian. Belum ada hasil maksimal, gejolak Timtim paska perang dingin begitu panas dan itu mempengaruhi kinerjanya di dunia internasional ditambah krisis moneter, sehingga fokus soal Timtim terpinggirkan. Dengan demikian, data ini menunjukkan dan meruntuhkan meruntuhkan klaim oknum warga TL bahwa Indonesia mengeruk minyak di Timtim jaman integrasi. Indonesia bukan Belanda yang menghisap dari Sabang hingga Merauke tanpa memberikan "pendidikan untuk semua tanpa diskriminasi" plus beasiswa.
Demikian
Pernyataan Sebo soal penjajahan ini cukup "berimbang". Dia bilang, mari hormati pendapat warga TL yang sebut Indonesia sebagai penjajah, namun juga mereka harus menghargai pendapat kita. Begitulah adanya....