Pada kunjungan ke Museum Zwinger terjadi insiden ngeri-ngeri sedap nan epik itu. Soeharto disambut oleh ratusan demonstran di pintu kedatangan museum tersebut. Kebanyakan demonstran adalah orang Jerman, beberapa orang Timor Leste, dan segelintir orang Indonesia.
Para demonstran ini menyambut Soeharto dan rombongan dengan membuat suara gaduh. Mereka memukuli alat-alat dapur seperti panci dan penggorengan. Seorang pelukis Indonesia yang tinggal di Jerman ketika itu menggambarkan, “persis seperti kami di kampung mengusir ayam”.
Beberapa orang yang menyaksikan mengatakan bahwa wajah Soeharto merah padam ketika keluar dari Museum.
Namun persoalan belum selesai hingga disana. Rombongan Soeharto yang menggunakan bis-bis itu dikerubungi demonstran ketika hendak pergi dari Museum. Para demonstran menggoyang-goyang bis-bis tersebut.
Bisa dibayangkan betapa marahnya Soeharto. Juga betapa ketakutan para pembantu-pembantunya. Pada saat itulah, diplomat paling terkemuka Indonesia, Ali Alatas, sang Menteri Luar Negeri Indonesia, terlihat mengacungkan jari tengahnya kepada para demonstran.
Terlihat dia amat frustasi dengan situasi yang tidak bisa dikendalikan itu. Polisi-polisi Jerman ternyata tidak mengambil tindakan apapun terhadap demo itu.
Ketika pulang dari kunjungan itu, di atas pesawat, Soeharto memberikan keterangan pers. Dia berkata akan “menggebuk” mereka yang mendalangi demo terhadap dirinya di Jerman. Maka mulailah dia menangkapi oposisi di dalam negeri. Salah satunya adalah Sri Bintang Pamungkas, yang sialnya ketika itu kebetulan berkunjung ke Berlin.