Semangat Cerita: Kisah Timor Timur, Jusuf Manggabarani Marah Senjata Brimob Tak Bisa Meletus Kena Ilmu Gaib Fretilin


Tentang penyerangan pemancar TVRI 10 Juni 1980, sudah pernah dimuat di situs Timtim Files ini. Namun, untuk sebuah video yang apik, rasanya baru kali ini ada/dibuat. Channel Semangat Cerita telah menyediakannya, dan Timtim Files memberikan responnya sebagai berikut.

Dear admin Semangat Cerita

Dalam kolom deskripsi dan di video (utamanya sejak menit ke 6-an) dapat "ditangkap" bahwa Polri "membebaskan stasiun pemancar TVRI dari Fretilin". Sebagai sebuah kajian sejarah, ijinkan saya membagi kisahnya.

1). Sejak tanggal 9 Juni 1980, sore hari, sayap militer Fretilin (yakni Falintil) dan pemuda klandestein, dengan menyamar memakai celana pendek sudah main sepak bola tepat di lapangan (bawah) pemancar TVRI (diketinggian) yang dijaga oleh sebuah pos (dengan kekuatan Brimob). Mereka yang bermain bola tersebut sebenarnya sedang mematangkan kondisi pengintaian agar lebih dekat dan akurat.

2). Jumlah seradadu Brimob yang menjaga pos TVRI terbilang tidak banyak, namun kondisi persenjataan lengkap. Saat itu Polisi (Brimob) masih jadi satu ke dalam ABRI, sehingga kemampuan tempur bisa dibilangh mirip/setara dengan TNI/ABRI. 

3). Penyerangan kepada stasiun pemancar TVRI sudah disiapkan dengan baik dari kekuatan Falintil yang tersisa di pegunungan dibantu pemuda klandestein (yang satu frekuensi dengan mereka). Serangan dilakukan tanggal 10 Juni sekitar pukul 03 pagi.

4). Kekuatan musuh ditaksir sekitar 30-an (puluhan bukan ratusan !) dan tidak setiap orang memanggul senjata. Pemuda klandestein dan Falintil ada yang tak ber-senapan, namun memakai senjata/alat lokal sejenis tombak, dan parang.

5). Dengan kondisi tersebut, Falentil + pemuda klandestein, tak memiliki kemampuan penuh untuk merebut dan menduduki pos TVRI. Oleh karenanya, tak ada cerita “merebut atau membebaskan” TVRI. Untuk soal dikepung, jelas iya, tapi tidak 100% dari segala arah !, dan kisah pak Yusuf beserta 16 serdadu Brimob menjelaskan itu semuanya. Beliau dan pasukan yang menyusul hingga naik ke bukit dari komplek polisi yang tak terlalu jauh, membuktikan bahwa tekanan musuh tak kuat. 

6). Kedatangan bantuan Pak Yusuf, meredupkan serangan hingga operasi yang dikenal dengan sebutan "Mano Kokorek" atau “Ayam Jantan Berkokok” benar2 hilang seiring mentari tiba. Bantuan tentara dari Yonif 744 jelang fajar untuk menyusuri dan mengejar musuh, tak membuahkan hasil apa2. Mereka sudah kabur semuanya !. Oya, penyerangan ini dibayar mahal dengan gugurnya 2 anggota Brimob seperti yang ditulis dalam buku ttg Wakapolri Pak Yususf.. Belakangan ada pengakuan, bahwa beberapa hari kemudian ada lagi 3 anggota Brimob yang gugur. Ya, ada 5 anggota Brimob yang gugur….

7). Penyerangan ini, dirasakan memalukan ABRI, karena beberapa bulan sebelumnya diumumkan bahwa Fretilin sudah usai. Diketahui bahwa akhir 1978, pimpinan mereka, Lobato memilih bunuh diri ketika pasukan ABRI menjepit pergerakannya. Tahun 1979, ABRI menyatakan perang usai dengan dihentikannya Operasi Seroja sejak 1975. Ternyata, klaim “usai” tersebut “terbantahkan” dengan penyerangan TVRI ini. 

8). Dengan demikian, secara militer di kasus Marabia TVRI ini, kekuatan Indonesia (ABRI-Brimob) masih superior, namun bagi Falintil, usaha memberitahukan kepada publik Indonesia dan dunia (lebih tepatnya guna menarik perhatian internasional), bisa dibilang sukses. 

9). Penyerangan pemancar TVRI Marabia, terlihat "memalukan ABRI", dan beberapa hari setelah tanggal 10 Juni 1980, operasi penangkapan pemuda klandestein berlangsung massif. Mulai di tahun inilah, ABRI memiliki “musuh baru”, yaitu pemuda sipil yang secara terorganisir menjadi “mata-mata”  dan "saluran resmi" provokasi gerakan anti-integrasi di Timtim.

10).  Untuk channel Semangat Cerita, saya ucapkan rasa terima kasih karena sudah mengangkat kisah hebat ini dengan baik, terlebih rentetan daftar film yang digunakan untuk membangun video ini. Saya menilai, ini adalah sebuah usaha yang BUKAN kaleng-kaleng. Salute !


Salam 

Timtim Files

(channel khusus sejarah dan masa lalu Timor Timur (Timor Leste))


Sebagai penutup, Timtim Files ingin menyatakan bahwa ternyata penyerangan pemancar stasiun TVRI ini, 'berbuntut panjang". Perang dengan GPK Fretilin berlangsung bukan hanya (lagi) di dalam hutan, akan tetapi merangsek dan menyelinap ke pelosok kota kecamatan hingga ke pusat kota Dili. ABRI dan seperangkat agent atau dobel agent (yang lebih pro Indonesia) beroperasi merusak dan menghancurkan sel-sel gerakan bawah tanah pemuda klandestein. Hal ini menjadi "pemandangan konflik baru" di medio 1980-90-an di tanah Timor Lorosae karena provokasi gerakan anti-integrasi di Timtim sudah mampu membangun jaringan kaderisasi hingga ke pejabat-pejabat pemerintah daerah, meja-meja kantor pegawai PNS, mahasiswa, pemuda pengangguran, dan rakyat di kota. 

Sumber





 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama