Sebanyak 21 warga negara Timor Leste yang bermukim di Pulau Atauro ikut merayakan hari ulang tahun kemerdekaan RI di Pulau Lirang, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, Rabu (17/8/2022). Kehadiran mereka dalam upacara pengibaran bendera itu bertujuan untuk semakin mengeratkan hubungan persahabatan warga yang mendiami tapal batas kedua negara bertetangga.
Menurut informasi yang dihimpun Kompas, warga Atauro datang dipimpin oleh Thomas Alves, tokoh masyarakat setempat. Mereka terdiri dari orang tua, para pemuda, dan anak-anak yang berjumlah 21 orang. Rombongan tersebut datang menggunakan beberapa perahu motor. Waktu tempuh dari Atauro ke Lirang lebih kurang 40 menit.
Tiba di Lirang, aparat keamanan dari TNI, Polri, dan pemerintah desa menyambut serta kemudian mendata mereka. Petugas medis dari Puskesmas Ustutun, Pulau Lirang, juga melakukan pemeriksaan kesehatan Covid-19. Semua dinyatakan bebas Covid-19 dan diarahkan ke lapangan upacara.
Thomas Alves, lewat rekaman video yang diperoleh Kompas, mengatakan, kehadiran mereka dalam kegiatan itu diketahui oleh Pemerintah Timor Leste. Mereka melintas secara resmi. Bupati Atauro, katanya, semula berencana datang, tetapi kemudian dibatalkan lantaran ada halangan mendadak.
Menurut Thomas, kehadiran mereka untuk memperkuat hubungan persaudaraan antara Indonesia dan Timor Leste, terutama yang mendiami tapal batas kedua negara. Lirang dan Atauro masing-masing merupakan pulau terluar kedua negara yang berdekatan.
”Ini hari kita semua senang sekali. Supaya kedua negara bersatu, supaya keluarga Atauro dan Lirang juga bersatu. Bisa Atauro datang, bisa Lirang ke Atauro, supaya kita semua damai,” kata Thomas yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan lancar. Tampak ia mengenakan baju batik.
Menurut dia, tidak tertutup kemungkinan, pada saat perayaan HUT kemerdekaan Timor Leste, warga atau Pemerintah Indonesia di Lirang akan diundang ke Atauro. Warga kedua pulau itu memiliki budaya yang sama serta hubungan keluarga lewat perkawinan. Di antara mereka sering mengunjungi.
Kostansium Aswali, Camat Wetan Barat, mengatakan, kehadiran warga Atauro sudah direncanakan sebelumnya. Mereka terus berkoordinasi dengan pemerintah di Atauro. Beberapa hari lalu, ia dan anggota TNI datang ke Atauro untuk menghadiri acara pernikahan, sekaligus mematangkan rencana kehadiran warga Atauro saat HUT RI di Lirang.
Menurut dia, kehadiran warga Atauro sebagai penegasan akan hubungan harmonis antara warga di tapal batas kedua negara. Kendati berbeda negara, mereka bersatu dalam budaya dan jalinan kekeluargaan. ”Sejarahnya, nenek moyang warga Lirang berasal dari Atauro. Ini tidak ada urusan dengan politik. Ini terkait hubungan persaudaraan,” katanya.
Transit di Atauro
Sebagaimana catatan Kompas, Atauro merupakan tempat transit bagi pasien Pulau Lirang yang hendak berobat ke Dili, ibu kota negara Timor Leste. Tak terhitung banyaknya pasien gawat darurat, seperti ibu hamil yang mengalami kendala saat melahirkan, pasien kecelakaan atau dengan penyakit menahun yang membutuhkan tindakan operasi, yang selamat berkat bantuan medis di Dili.
Dari Lirang, pasien terlebih dahulu dievakuasi ke Atauro. Tiba di sana, otoritas Atauro menghubungi pihak rumah sakit dan otoritas di Dili untuk mengirim pesawat. Pesawat dari Dili datang menjemput pasien di Atauro. Semua biaya mulai dari transportasi hingga tindakan medis tidak dibebankan kepada pasien dari Lirang. Semuanya gratis.
Shela, salah satu perawat di Puskesmas Ustutun di Pulau Lirang, menuturkan, semenjak pandemi Covid-19, Pemerintah Timor Leste menutup pintu bagi masuknya warga dari luar, termasuk pasien dari Lirang. ”Makanya sekarang pasien dirujuk ke Moa (ibu kota Kabupaten Maluku Barat Daya) atau ke Kupang (Nusa Tenggara Timur),” katanya.