Berandai-andai Soal Timor Leste



Tulisan di bawah ini merupakan komentar dari post berjudul "POLITIK INTEGRASI ADALAH POLITIK PEMBANGUNAN, MEMANG BUKAN  PENJAJAHAN", langsung saja disimak...

Kawan, Mari kita berandai-andai.

Bayangkan kalau Seandainya Indonesia cuma menerapkan politik expansif, cuma kirim pasukan perang dan alat perang, tidak peduli fretilin atau bukan fretilin disikatnya sehingga lengkap dan sempurna tuduhan sebagai pelaku genosida, cleansing etnic, pembantaian dan pelanggaran HAM, biadab dan tidak berperikemanusiaan.

Kalau itu dilakukan, pasti Indonesia tidak akan hanya ada 24 tahun di Timor Timur tapi bisa 450 tahun seperti Portugis karena keberadaan indonesia disana di dukung Amerika dan Australia.

Atau kalau mau lebih mantap, Indonesia bisa meniru seperti Amerika di Vietnam, di libya, di iraq dan di syria, disana Amerika bisa perang total dang menghancurkan total sendi-sendi kemanusiaan rakyat sipil dan siapapun juga, karena setiap potensi yang dianggap mengganggu langsung disikat habis.

Kalau saja indonesia menjalankan politik penjajahan seperti portugis, tidak kirim ribuan guru, tidak kirim ribuan dokter, tidak kirim tenaga penyuluh, tidak perlu ada pembangunan, tidak perlu ada pendidikan, tidak perlu ada upaya menaikan taraf kesehatan dan kemakmuran masyarakat, yang penting berkuasa dan menindas serta bikin patuh penduduk lokal, mungkin timor leste yang sekarang tidak akan sesiap kondisi hari ini..

Dan seandainya waktu itu fretilin tidak angkat senjata dan mau duduk bareng bersama seperti UDT Apudete Kota dan trabalista, mungkin tidak ada agresi militer..

Tapi kalau itu terjadi, australia tidak akan pernah bisa menikmati dan menguras minyak celah Timor, malah mungkin minyak itu sepenuhnya dimanfaatkan oleh rakyat Timor sebagai anak emas orde Baru.

Semoga jadi pencerahan untuk orang timor semua bahwa politk Indonesia adalah politik integrasi, bukan politik penjajahan.


Bangsa asing yang pergi dari negeri yang pernah didudukinya tidak selalu harus kalah, bisa jadi karena target-target operasinya sudah tercapai dan tidak efektif lagi untuk melanjutkan operasi pendudukan nya.

Amerika hengkang dari afganistan dilanjutkan rusia yang juga kemudian mati-matian menggempur Afganistan tapi juga kemudian keluar dari sana...

Amerika masuk menggempur dan menghancur leburkan irak, syria dan libia, kemudian mereka pergi begitu saja, kita tahu bukan karena kalah, tapi karena target utama mereka sudah dicapai, yaitu ladang minyak irak, saddam hosein, ladang minyak libia, moamar qadafi..

Indonesia di Timor Leste juga keluar, karena targetnya telah tercapai dan sukses, yaitu mencegah timbulnya negara Komunis diujung selatan asia Tenggara dan membangkitkan kesadaran persamaan hak antara kulit putih dan pribumi, bahwa yang berhak mendapatkan pendidikan terbaik bukan cuma keturunan Portugis tapi juga rakyat jelata.

Dan indonesia meninggalkan kader-kader tenaga terdidik sekelas sarjana-sarjana perguruan tinggi kelas atas indonesia sebagai tenaga utama yang menopang negara Timor Leste saat ini.

Dan sinyal itu sudah sangat jelas ditangkap dan difahami fihak fretilin, sehingga sampai sekarang ideologi komunis benar-benar disembunyikan dengan rapi, bahkan fretilin dan rakyat Timor sendiri menjadi seperti tidak berminat terhadap komunisme.

Menutupi kekomunisan ditanah Timor menjadi strategi kunci juga, karena negara donor dan negara barat akan kehilangan simpati bila negara kecil itu serius mau pakai ideologi komunis.

Bisa dihentikan dan dicabut program bantuan dan fasilitas dari mereka.




Sumber => sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama