Tatan Agus Rst
Setelah Reformasi, tepatnya tahun 1999 saya ditugaskan di Provinsi ke 27, ,Timor-Timur untuk meliput persiapan penentuan pilihan nasib provinsi ini, masih menjadi bagian Indonesia sebagai daerah Otonomi khusus atau Merdeka alias pisah.
Dari Jakarta harusnya saya naik Hercules TNI dari baseof Militer--Halim Perdanakusumah, tapi subuh itu Hercules keburu engine check-in, saya belum masuk. Alhasil saya dianter bang ABB (alm) dengan Taft Independent nya ke Terminal Soekarno Hatta, saya putuskan membeli tiket Garuda menuju Bali dengan harapan mengejar Hercules yang pukul 05.00 terbang ke Dili, tentu pesawat ini sebelum ke Dili mampir dulu ke Makasar, Bal, dan Kupang.
Pesawat Garuda yang saya naiki adalah untuk mengejar Hercules yang turun di Bali, tentu saya hitung dengan tepat ketepatan waktunya.
Itu rencana A, yaitu mengejar Hercules mendarat di Denpasar, Bali. Sementara rencana B, bila tidak terkejar, saya akan lanjut dari Denpasar terbang ke Kupang, dari Kupang lanjut perjalanan darat, setelah koordinasi dengan pihak TNI-AD untuk transportasinya--- naik Land Rover AD.
Ternyata perhitungan saya tepat, ketika Garuda akan landing terlihat rombongan wartawan turun dari Hercules. Haaah saya lega berarti saya bisa lanjut dari Denpasar pakai Hercules, tak perlu jalur darat. Setelah saya mendarat di bandara Ngurahrai, Bali, saya naik taksi menuju baseof militer.
Teman-teman pada kaget melihat saya turun dari taksi menghampiri mereka. " Mau liputan apa Tan? " tanya salah seorang kawan. "Gua ngejar Hercules Lo dari Cengkareng" jawab saya. Mereka ngakak mendengarnya.
Setelah lega bernapas, saya kontak kawan-kawan AD di Kupang hingga Atambua, mengabarkan saya gak jadi rencana B.
Setelah terbang melelahkan dengan Hercules, kami mendarat di Dilli, kami keluar dari bandara dengan minibus jemputan dengan arahan jangan dulu mengeluarkan kamera sepanjang perjalanan.
Begitu keluar bandara bunyi dar der dor suara tembakan, baik Laras pendek mau pun panjang terdengar, banyak massa berlari kesana kemari.
Di kiri kanan kendaraan kami acungan pistol sungguh bikin gatal kami untuk memotretnya, tapi niat itu saya tahan sebelum sampai penginapan.
Sabar sebentar aku menenangkan diri....begitu sampai di penginapan, tanpa menunggu lama saya dan kawan saya menghambur ke luar menuju kota yang cukup mencengkram....
Itulah suasana jelang Jajak Pendapat. Dan ini foto fotoku yang menjadi cover serta Laporan Utama MBM Gatra.
Kini Tim-tim sudah berganti dengan Timor Leste....Operasi Seroja tinggal kenangan sejarah.