Seorang peneliti Australia beberkan dokumen yang menyebut bahwa Indonesia pernah berencana membom Timur Timor dengan bom bakar, Napalm. Peneliti Australia bernama Clinton Fernandes itu (foto dibawah - red) beberkan isi dokumen rahasia tahun 1983 mengenai rencana aksi militer Indonesia di Timor Timur.
Clinton Fernandes sendiri ialah peneliti Australia sekaligus rektor kepala di Akademi Angkatan Bersenjata Australia.
Dikutip dari Sydney Morning Herald, Jumat (12/10/2018) Clinton mengaku menemukan dokumen rahasia tersebut pada tanggal 3 Oktober 1983 yang ia ambil dari Arsip Nasional Australia. Clinton juga menyebut jika rencana pemboman tersebut juga diketahui oleh pemerintah Amerika Serikat. Hal ini menjadi penemuan Clinton mengenai penelitiannya mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan Indonesia di Timor Timur saat menduduki bekas jajahan Portugis tersebut selama 24 tahun.
Clinton mengaku dalam dokumen juga meenmukan surat dari konsulat Australia di Bali, Malcolm Mann yang dikirimkan kepada penasihat Kedubes Australia Dennis Richardson di Jakarta tanggal 26 September 1983. Isi surat sendiri adalah hasil pembicaraan Malcolm dengan konsulat AS di Surabaya saat itu, Jay McNaughton.
Dalam surat McNaughton mengaku pernah melihat laporan intelijen mengenai kegiatan militer Indonesia yang sedang mengisi Loadout F-5 Tiger II dengan bom pembakar Napalm untuk digunakan membombardir Timor Timur. Menurut McNaughton, teknisi AS juga dimintai tolong agar memasang bom-bom Napalm di poin-poin cantelan senjata F-5 Tiger II. Richardson kemudian meneruskan laporan itu kepada Kementerian Luar Negeri Australia di Canberra.
Laporan tersebut malah direspon acuh tak acuh oleh PM Australia saat itu, Bob Hawke. Bob malah ingin masalah tersebut tak dibahas lagi lantaran bisa menganggu negosiasi Australia-Indonesia terkait eksplorasi minyak dan gas di Laut Timor.
Seperti diketahui pada saat konflik Timor Timur, Indonesia memang secara rutin menggelar operasi udara guna mendukung pergerakan tentara di darat. Indonesia dekade 1970an mempunyai bom cluster FAB-250 dan ZAB-250 buatan Uni Soviet. Jenis bom tersebut sudah habis digunakan ketika Indonesia menggelar operasi Seroja di Timor Timur.
Selanjutnya pihak militer membeli lagi bom cluster Mk82 besutan Amerika pada tahun 1976 untuk melibas gerakan pengacau keamanan Timor Timur, Fretilin. Dalam operasi udara membom kedudukan musuh dalam situasi perang dengan Fretilin, maka militer Indonesia kerap menggunakan pesawat anti-gerilya OV-10F Bronco. Selain Bronco, F-5 Tiger II dan A-4 Skyhawk TNI AU juga dilibatkan dalam operasi udara menggempur si 'Krebo Hutan' Fretilin