Melawan Propaganda "ABRI Kalah dalam Operasi Seroja"

 


Propaganda bermakna tanpa fakta sejarah, tanpa pemeriksaan akal sehat dan kajian dari pihak lain sehingga dianggap menjadi sebuah hal yang sifatnya benar atau mapan. Propaganda ada dimana-mana, termasuk di channel youtube, bahkan channel Timtim Files dituduh sebagai agen propaganda Indonesia. Jawabannya, kembali ke kalimat pertama. 

Terkait propaganda, selalu ada saja di warga Timor Leste yang dengan yakinnya menuliskan masa lalunya dengan percaya diri. Timtim Files menganggapnya normal karena memang bisa jadi seperti inilah pemahaman masa lalu yang diyakini di sana. Kita harus menghormatinya, namun tidak wajib menerima begitu saja. Oleh karenanya adalah tepat jika diadakan pemeriksaan kembali terhadap pernyataan tersebut. Mari disimak !.

Akun Anjay Betrayer menulis:

7 Desember merupakan hari dimana Operasi Seroja dimulai, awalnya Operasi Seroja direncanakan akan berdurasi 24 jam karena kekuatan tidak sebanding namun karena strategi Perang yang disiasati oleh para Pejuang Timor Leste, akhirnya harus berbuntut panjang hingga 24 tahun.

Timtim Files menimpalinya dengan komentar seperti dibawah ini

Saya mau menanggap yaa....

Danyak yang tidak tahu bahwa 24 tahun itu BUKAN waktu yang seluruhnyaberisi perang terus menerus. Perang terbuka "face to face" antara ABRI dan TNI secara besar2an hanya terjadi di tahun 1975-1978. Setelah itu, sepengetahuan saya, tidak ada satupun, perjumpaan perang antara ABRI dan GPK Fretilin yang menewaskan ABRI lebih dari 40-50 dalam 1 kali pertempuran. Yang ada ialah, ABRI memburu GPK Fretilin yang lari dan bersembunyi di dalam hutan. Yang ada ialah ABRI menyergap GPK Fretilin atau sebaliknya. Pola perangnya beralih menjadi perang gerilya, dan umumnya perjumpaan perang selalu berlangsung sangat singkat. Itulah yang terjadi selama 21 tahun (setelah 1975-1978). 

Pernyataan kamu ini terkesan meremehkan ABRI, tapi faktanya tidak demikian. Di awal invasi 1975, kekuatan Fretilin (Falintil) antara 10.000-20.000 personil. Diakhir masa pendudukan Indonesia selama 24 tahun, yakni tahun 1999, tercatat jumlah mereka tidak melebihi angka 700 personil. GPK Fretilin (Falintil) bukanlah Vietkong yang selama Amerika di sana, banyak markas (bukan pos jaga yaaa) direbut, bahkan Vietkong hingga menguasai wilayah perkotaan hingga ke pusat jantung kota, sehingga Amerika lari terbirit-birit. GPK-Fretilin, sepengetahuan saya, tidak pernah sama sekali menyerang kantor gubernur misalnya, atau menguasai markas ABRI di Maubessi misalnya. Di dekat kota, mereka paling jauh menyerang TVRI tahun 1980, ya hanya menyerang tapi tak menduduki apalagi menguasai. 

Dengan demikian, sorry to say, kalimat kamu itu lebih kepada propaganda bukan sejarah. Wahai kolega, boleh bangga dengan apa yang kalian sebut sebagai perjuangan atau bangga dengan bangsamu, namun baca juga masa lalu itu dengan bijak, dengan rentetan fakta sejarah yang dapat "diperiksa kembali" oleh orang lain.....

Salam
Obrigado....



Sumber 






Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama