Jeffrey Cezar (Februari 2022-red)
Saya ini orang Timor Leste dan saya bangga menjadi orang Timor Leste, apapun keadaannya, miskin ke, terbelakang ke, bukan masalah. Dan saya tidak pernah menyesal soal Timor Leste merdeka, memisahkan diri dari Indonesia. Secara idealnya, Timor Leste mampu menopang kehidupan perekonomiannya, mampu membangun negaranya, dengan kekayaan dan sumber alamnya yang ada, asalkan negara ini dikelola dengan baik. Tapi kenyataannya tidaklah demikian. Jauh dari yang diharapkan. Yang saya sesalkan adalah sejak merdeka hingga sekarang, pemerintahnya yang sudah silih berganti, tak ada yang becus. Pemerintahan Timor Leste pada jamannya Xanana menjadi perdana menteri selama 10 tahun merupakan pemerintahan yang paling bobrok. Xanana menghambur-hamburkan uang rakyat sebesar $16 milliar tanpa hasil yang nyata. Dia hanya memperkaya keluarganya, para kronimya, para menterinya. Ratusan juta dollar yang dikeluarkan untuk membiayai proyek-proyek besar tanpa kualitas yang baik, terbengkalai dan rusak parah, tak terurus. Uang rakyat yang telah dikeluarkan selama ini hanyut ke laut, syukur-syukur kalau sudah jadi garam. Pembangunan dua bandara besar di Oekusi dan Suai yang menelan biaya hampir $200 juta AS hampir tidak ada manfaatnya. Seakan-akan hanya untuk bermegah-megahan. Terlebih-lebih bandara internasional Oekusi. Bandara ini menelan biaya $120 juta, dibangun oleh perusahaan Indonesia, materialnya dari Indonesia, insinyurnya dari Indonesia, cuma kuli kasar, batu pasir kerikil yang berasal dari lokal. Bandara ini hampir tidak didarati oleh pesawat berbadan lebar dari manapun. Pihak perwakilan Bank Dunia di Timor Leste saja menyesalkan pembangunan bandara Oekusi ini yang menurutnya cuma buang-buang duit. Tidak pada tempatnya. Bandara ini hingga saat ini cuma jadi barang pajangan, padahal biaya pemeliharaannya lumayan besar sementara imbalan ekonomi dari bandara ini boleh dibilang nihil. Padahal uang ini bisa dimanfaatkan untuk membangun hal-hal lain yang lebih bermanfaat bagi rakyat banyak. Air bersih misalnya. Masalah air bersih ini merupakan masalah yang sangat besar dan menahun di seluruh Timor Leste. Rakyat mengeluh dan merintih soal air bersih hingga sekarang. Pada masa 5 tahun pertama pemerintahannya, dia membentuk kabinet dengan 53 kementerian/departemen. Setiap menteri mempunyai wakil Menteri masing-masing, belum lagi para direktur beserta birokratnya. Bayangkan saja, negara sekecil Timor Leste dengan penduduk 1 juta lebih manusia, memiliki 53 kementerian dengan wakilnya masing masing. Simak (klik-red) link berikut ini. Belum lagi birokrat dari setiap departemennya. Pemborosan uang yang luar biasa. Coba bandingkan dengan Indonesia, berapa kementeriannya? Selama berkuasa, dalam banyak hal dia seenak perutnya saja melakukan intervensi terhadap keputusan pengadilan bahkan melawan keputusan pengadilan. Misalkan saja dalam soal tindak korupsi mantan Menteri keuangan Emilia Pires yang telah kabur ke luar negeri. Pengadilan telah menyita paspornya Emilia namun atas perintah dan intimidasi Xanana, paspor Emilia harus dikembalikan ke pemiliknya sehingga membuka jalan bagi kaburnya Emilia ke luar negeri hingga sekarang. Xanana menggunakan alasan bahwa Emilia harus mengikuti pertemuan G7+ di Washington. Emiliapun tidak pernah Kembali ke Timor Leste. Padahal Emilia sudah menjadi terdakwa waktu itu. Orang yang sudah jadi terdakwa kok masih bisa diperbolehkan mengikuti pertemuan di luar negeri?
Melindungi para koruptor seperti Francisco Kalbuady Lay mantan Menteri Pariwisata Timor Leste yang sekarang ini sudah kabur ke Australia dan bersembunyi di sana. Dia adalah juga mantan Ketua PSSI-nya Timor Leste. Banyak dana dari FIFA yang dijarahnya. Sewaktu dia menjabat sebagai Menteri pariwisata, jutaan dollar yang dijarahnya. Dia juga adalah anak angkatnya mantan jenderal Indonesia yang dulu bertugas di Timor Leste yaitu Jenderal Dading Kalbuady. Menurut kabar dari Australia, Francisico ini yang juga mempunyai nama panggilan Siku Kalbuady, sangat doyan berjudi, dia sering kepergok berjudi di Kasinu Melbourne dan Sydney, Macau, Singapura dan lain-lain. Yang anehnya orang ini adalah gay, katanya dia sering disodomi oleh Xanana sendiri.
Kemudian, Xanana mengusir para jaksa dan hakim Portugis yang mengeritik Xanana soal tindakan-tindakan KKNnya Xanana. Padahal para jaksa dan hakim Portugis yang diusirnya itu datang ke Timor Leste atas permintaannya Xanana sendiri dalam rangka membantu membangun sistim peradilan di Timor Leste. Hingga sekarang ini Timor Leste belum mampu memproduksi apapun. Ketergantungan kepada impor sangat besar. 90% tergantung kepada impor. Setiap tahun, 75% dari dana APBNnya (di Timor Leste kami sebut OJE , Orsamentu Jeral Estadu) harus terbang ke luar negeri. Dari total impornya Timor Leste, 85% dari Indonesia. Coba saja datang ke Timor Leste dan saksikan dengan mata kepala sendiri. Barang apa saja dari Indonesia yang tidak ada di Timor Leste. Ini sangat menguntungkan Indonesia. Proyek-proyek besar bernilai ratusan juta dollar AS semuanya digarap oleh perusahaan-perusahaan Indonesia. Para tenaga insinyur dan bahan bangunan, semuanya dari Indonesia. Cuma kuli kasar saja yang orang setempat. Indonesia sangat diuntungkan. Lapangan kerja boleh dikatakan tidak ada. Ribuan anak muda Timor Leste yang mempunyai kesempatan, harus pergi luar negeri cari hidup di sana. Setiap tahun, universitas-universitas di Timor Leste sendiri menghasilkan puluhan ribu lulusan tapi lapangan kerja tidak ada. Belum lagi lulusan-lulusan dari luar negeri, kebanyakan lulusan dari Indonesia. Mereka menganggur dan harus kembali ke kampung berkebun beternak kecil-kecilan, tak ada pilihan lain. Xanana memang sangat piawai dalam mengelabui rakyat Timor Leste yang sebagian besar masih bodoh, na’if, lugu dan polos. Xanana pura-pura hidup merakyat dan sederhana. Kerjanya Xanana selama ini cuma menghambur-hamburkan dan menggerogoti uang negara. Banyak orang yang tertipu dengan penampilan Xanana yang sederhana, seeringkali kelihatan seperti gembel. Ya….banyak orang tertipu.
Seringkali dia tidak segan-segan masuk menceburkan diri ke dalam selokan yang penuh lumpur bau busuk untuk membersihkan selokan sementara banyak anggota masyarakat yang berdiri menonton Xanana bersandiwara. Banyak yang malah memuji-mujinya. “Wah, Xanana ini betul-betul mencintai rakyatnya, dia adalah teladan bagi rakyatnya”. Xanana berkeliling kampung-kampung di Timor Leste, memeluk Bapak-bapak Ibu-ibu tua sambil menangis. Padahal semuanya ini cuma sandiwara dan tipu muslihatnya Xanana. Rakyat yang polos, lugu dan bodoh ini tidak menyadari bahwa mereka sedang dikibuli Xanana. Xanana, dengan uang hasil curiannya, dia membelikan beberapa rumah di Australia dengan harga puluhan juta dollar buat istri bulenya beserta anak-anaknya. Mereka hidup di negerinya bak raja, sementara rakyat Timor Leste sebagian besar hidup melarat. Sewaktu menjabat perdana Menteri, bersama Menteri keuangannya Emilia Pires, mereka berdua melakukan kunjungan ke Sudan Selatan 2 kali. Di sana dia membual soal kekayaan yang dimiliki Timor Leste. Dia dengan seenaknya tanpa berkonsultasi dengan parlemen memberikan sumbangan setengah juta dollar untuk Sudan Selatan katanya untuk membangun beberapa gedung sekolah di sana. Padahal di Timor Leste sendiri kondisi gedung sekolah hampir di seluruh negeri yang masih sangat memprihatinkan. Gedung sekolah yang jelek, bangku sekolah yang tidak memadai sehingga anak-anak murid harus duduk di lantai bertanah. Xanana, tanpa berkonsultasi dengan parlemen, memberikan sumbangan bencana alam yang terjadi di berbagai negara di berbagai belahan dunia. Padahal kondisi keuangan Timor Leste sendiri tidaklah memungkinkan untuk itu. Dia cuma ingin sok-sokan memamerkan diri. Dari segi moral, Xanana ini sebenarnya sangat bejad moralnya. Anak-anak gadis di Timor Leste banyak yang ditidurinya. Ini sudah merupakan rahasia umum.
Timor Leste mestinya belajar dari negara-negara kecil di dunia ini yang tidak memiliki sumber daya alam seperti yang dimiliki Timor Leste seperti minyak dan gas, tapi mereka sangat jauh lebih maju dari Timor Leste. Misalnya saja Mauritius, Fiji, Maldives, Aruba, Seychelles, dll. Tapi apa yang terjadi justru sebaliknya dan jauh dari yang diharapkan.
Dengan terpisahnya Timor Leste dari Indonesia, dari segi ekonomi dan keuangan, Indonesia sangat diuntungkan. Mengapa? Karena pertama, hampir semua kebutuhan Timor Leste diimpor dari Indonesia, dari total impor Timor Leste 85%nya dari Indonesia. Timor Leste secara langsung ikut membantu perekonomian Indonesia.Kedua, dari segi beban keuangan, Indonesia tidak perlu mengeluarkan satu rupiahpun untuk membiayai pembangunan di Timor Leste seperti yang telah dilakukan Indonesia selama 24 tahun masih di bawah Indonesia. Selama 24 tahun, Indonesia menghabiskan ratusan bahkan ribuan triliunan rupiah untuk membiayai pembangunan. Bukti-bukti itu masih terlihat hingga sekarang. Puluhan jembatan-jembatan Panjang yang hingga sekarang masih kokoh adalah buatan Indonesia. Misalnya saja, jembatan sungai Loes, jembatan NuNura, Tafara dan lain-lain sebagainya.
Ternyata akun ini juga sekitar setahunan lalu, jug aberkomentar hal yang nyaris serupa di channel Timtim Files. Silahkan klik ini.