(Foto atas dan bawah-red) Ini adalah contoh bagaimana kegiatan agitasi dan propaganda untuk menyerang dan melemahkan TNI dan Indonesia dilakukan lawan. Foto-foto ini sudah tersebar sebagai foto propaganda sejak tahun 1990-an. Dalam setiap kemunculan nya, foto-foto ini disertai dengan penjelasan bahwa itu adalah foto bukti aktifitas penyiksaan oleh tentara indonesia kepada orang Timor, tapi bagi yang faham agitasi dan propaganda khas gerakan separatis di Indonesia segera tahu bahwa itu foto palsu, adegan rekayasa dan muslihat untuk menyudutkan militer Indonesia.
Tidak perlu orang terlatih untuk faham adanya kejanggalan dari foto-foto itu. Misalkan saja mengenai posisi bendera merah putih. Dimarkas-markas kodam, kodim, korem, koramil adalah hal yang janggal kalau di ruang interogasi yang berbau penyiksaan seperti yang berusaha digambarkan dalam foto-foto itu, bendera Merah Putih diletakkan didekat korban penyiksaan.
Bendera nasional di markas tentara sangat sakral, tidak mungkin ditempatkan di samping orang yang akan di introgasi. Kalau melihat bentuk bangunannya yang tidak di cat, tidak mungkin itu ruang komandan dimana bendera selalu ada di sisi dekat kursi komandan. Yang terjadi di foto itu, bendera justru ada disamping orang yang diinterogasi, artinya kursi yang didudukinya adalah kursi komandan dan komandan ada diseberang meja yang jauh dari posisi bendera...
Itu jelas settingan properti dari orang yang tidak faham ada aturan di markas tentara. Begitu juga kursi dan meja yang dijadikan properti dalam foto itu, jelas merupakan kursi anak sekolah. Lihat juga orang berseragam loreng difoto itu, meskipun rambutnya dibuat cepak, tapi warna kulit dan proporsi tubuhnya sama sekali tidak menunjukkan sebagai anggota TNI.
Sebagaimana kita ketahui, untuk menjadi anggota TNI di tahun 1990an, tinggi tubuh harus minimal 170 cm, sedangkan orang berbaju loreng itu posturnya seperti rata-rata orang Timor leste, yaitu sekitar 155-165. Kenapa kita tarik ke tahun 1990an, karena kualitas cetak foto itu hanya bisa dihasilkan oleh alat foto ditahun 1990an, dan di timor leste, intrik propaganda untuk menipu dunia memang marak ditahun-tahun itu, mengingat mereka punya target untuk merdeka ditahun 2000.
Di sekitaran tahun2 itu, Sedikit saja orang Timor Leste yang punya tinggi badan mencapai 170, kecuali mereka punya darah portugis, Arab atau keturunan afrika yang dijadikan tentara yang dibawa Portugis ke timor leste. Artinya aktor yang berbaju loreng itu adalah orang timor Leste sendiri. Ini menjadi pembukaan pemahaman bahwa foto-foto itu adalah memang foto settingan untuk memfitnah TNI.
Kebodohan telak dari foto itu, selain keberadaan bendera, kursi sekolah dan orang pendek berkulit coklat dan berbaju loreng, maka baju lorengnyanpun bermasalah. Orang timor leste memang ada yang ikut berperang membatu TNI, sebagian mereka Bersenjata dan menjadi aktif disetiap pertempuran, tapi seragam mereka tidak ada yang loreng, mereka anak-anak muda dari berbagai kabupaten di timor Leste, mereka terlihat gagah menggendong ransel dan menyandang senjata, mereka biasa disebut partisan atau TBO (tenaga bantuan operasi). Tim ini baju seragamnya hijau polos yang kita kenal dengan baju seragam Pertahanan Sipil (HANSIP). Hal yang paling dramatis dan memperlihatkan kebodohan tertinggi adalah foto wanita yang difoto dalam keadaan telanjang dengan posisi tengkurap.
Foto itu bukan kejadian di timor Leste, tapi foto yang dibuat dan digunakan kelompok anti soeharto saat kerusuhan Mei 1998, untuk menyampaikan kepada dunia bahwa etnis China menjadi korban paling menyedihkan dari kerusuhan itu, karena foto itu menggambarkan seolah-olah perempuan itu adalah perempuan etnis China yang dijarah, diperkosa dan dibunuh oleh pelaku kerusuhan, dan kejadiannya di jakarta atau kota besar lainnya di Indonesia.
Padahal bisa saja foto itu juga merupakan foto setingan dengan menggunakan aktor "wanita bayaran". Dengan foto-foto semacam itu, banyak keturunan china di Indonesia bisa mendapatkan visa dan izin tinggal di negara lain, semisal Australia dan Amerika, dengan alasan kemanusiaan. Dan yang fatal, foto-foto itu semua pernah juga digunakan oleh kelompok separatis di Aceh, seolah itu semua terjadi di Aceh, yang di kisaran waktu yang sama, aceh sedang bergolak lebih parah dari pergolakan di Timor Leste, dimana peran asing susah demikian besar masuk mendukung pergerakan separatis disana.
Kalau diperhatikan lebih detil bagaimana hoax dan dustanya foto-foto palsu itu, lihatlah ekspresi aktornya, bagaimana bisa mereka bergantian duduk ditempat yang sama. Perhatikan juga disana tidak ada bercak darah sisa kekejaman semisal dicolok bambu, atau lebam-lebam ditubuh mereka, padahal lebam-lebam adalah tanda awal penyiksaan sebelum ke tingkat penyiksaan yang lebih dahsyat sebagai akibat orang yang di introgasi memiliki kemampuan menyangkal yang hebat yang hanya bisa ditaklukkan dengan penyiksaan keras. Mana tanda lebam, mana tanda luka sayat, mana bekas luka tusuk atau luka sundut dan tanda bekas kekejaman terhadap mereka, juga teman mereka sebelumnya yang duduk disitu. Tidak ada. Bahkan satu foto dimana ada satu orang digantung dihadapan dia orang berseragam loreng itu, bisa saja justru kelakuan fretilin berseragam loreng TNI ketika menyiksa korbannya.
Nanti lagi jangan mudah mempercayai foto rekayasa untuk bahan propaganda komunis fretilin ini sebagai kebenaran. Termasuk foto-foto masa indah Timor Leste bersama portugis, hanyalah selembar foto untuk menutupi ribuan kematian ditangan Portugis dan fretilin.
Makin banyak foto mereka sebar, semakin banyak kebiadaban yang mereka sembunyikan.
Sumber FB tanggal 9 Juni 2022 (scroll/tarik ke bawah yaa...)