Bagi orang Indonesia mendengar perbincangan orang Timor Leste tentang negara ini, bisa jadi akan panas kuping dan hati kita. Bagaimana tidak, kita disebut penjajah !. Sementara itu, Portugal yang menjajah Timor Leste (yang saat itu disebut Timor Portugis) selama 450 tahun tidak dianggapnya sebagai penjajah...
Dalam sebuah grup Facebook, pertarungan itu nyaris selalu terjadi, biasanya posting yang membahas tentang perang Seroja, Invasi Indonesia, dan sejenisnya saat jaman ketika Timor Leste masih menjadi bagian dari NKRI. Mungkin sebagian orang Indonesia sudah tahu bahwa masa integrasi Timtim 1975-1999 dalam sejarah kita, tapi bagi orang Timor Leste ialah jaman penjajahan.
Dari posting diatas, langsung bisa memunculkan perdebatan yang seperti diuraikan tadi dengan garis yang sama: "Indonesia disebut penjajah, dan Portugal terlihat sebagai "nice boy" bahkan disanjung-sanjung bak pahlwan". Sekali lagi, seperti itulah yang selalu muncul, namun seperti apakah membacanya ?.
Berikut urung rembuk Timtim Files di forum FB tersebut...
Timtim Files
Saya ingin membaca post Pak Jhoni Triono dengan cara saya. Maafkan jika keliru. Saya menyebut post ini adalah sebuah "gugatan" terhadap kisah masa lalu yang dipahami atau diungkapkan warga TL. Tidak sedikitnya mereka yang menilai kondisi lebih baik dibawah kekuasaan Portugal dibandingkan Indonesia yang dianggapnya penjajah, rasanya yang menjadi isu utama. Bapak kita ini ingin mengingatkan, dan berharap harus fair bahwa keburukan yang dilakukan oleh Indonesia di Timtim, juga dilakukan oleh Portugal, dan melihat rentang waktu yang lama hingga menjajah 400-an tahun, tidak menutup kemungkinan kondisi menjadi amat buruk. Mungkin, bapak ini berharap, warga TL juga mengakui, bukan sebaliknya terkesan "membela" Portugal diberbagai kesempatan soal apa yang terjadi di Timtim dimasa lalunya. Orang Indonesia, beda pandangan dengan orang TL. Kita orang Indonesia didoktrin bahwa penajajah (Belanda) adalah buruk, dan tak perlu diagung-agungkan. Mereka penjajah, buruk, dan membuat kesengsaraan. Kira2 begitu kisahnya. Anti imperialis tulen, semua soal Belanda "dibuang" bahkan bahasanya pun tidak dipakai padahal kaum pergerakan dulu kuliahnya pakai bahasa Belanda. Namun kita tidak tahu atau lupa, pola penjajahan Portugal di Timtim itu beda. Sistem asimilados adalah kuncinya. Mereka bukan hanya menjajah kaya belanda, tapi menikahi wanita pribumi. Ikatan kekerabatan telah lunturkan, bahkan hilangkan imej buruk tersebut (penjajah-red), ditambah karena satu jaringan keluarga maka budaya dengan mudah bercampur. Artinya, orang Portugal menerima budaya yang ada di Timor, dan Timor menyerap budaya Porto. Sehingga secara singkat bahwa TL adalah Portugal, dan Portugal adalah Timtim. Pola asimilados adalah lazim di negara jajahan Portugal, bukan hanya terjadi di Timtim. Oleh karenanya, masuk akal jika tak mau sebut Portugal sebagai penjajah. Tapi beda dengan Indonesia karena beda budaya, paling jauh ikut dansa-dansa saja saat pesta dikampung, lainnya seakan menjadi penonton, beda dengan Portugal yang "seiya sekata-berbaur" dengan budaya di Timtim. Saya kira pemaham kedua warga TL dan Indonesia akan seperti ini terus, kenapa ? karena kita beda budaya dan beda pemahaman soal arti penjajah. Mungkin nanti ada kata seperti ini: "ada penjajah yang dibenci, dan ada penjajah yang disayang". Syukurnya, di Indonesia kini, pemahaman sejarah sudah baik. Kita tidak melihat lagi masa lalu sebagai hal yang "hitam-putih". Dalam buku teks resmi pemerintah, apalagi non-pemerintah, sudah sejak tahun 1980-an berani menuliskan "dampak positif penjajah Belanda....dampak positif pendudukan Jepang"....misalnya, Indonesia mengakui bahwa jejak-jejak positif Belanda dan Jepang masih ada di pendidikan Indonesia, dan masih ada contoh lainnya. Beginilah kondisi kita, orang TL dan Indonesia. Coret2an saya ini tidak dalam rangka menghakimi, hanya ingin membuat terang dalam membaca tulisan/post Pak Jhoni Triono. Saya ingin menutup dengan kalimat ini: "adalah penting belajar sejarah, namun yang lebih penting ialah belajar dari sejarah". Kita boleh beda pendapat, tapi usaha persahabatan jangan dipinggirkan yaa....
Respon berikutnya bermunculan...
Masih ada lagi komentar lainnya....dan jika ingin lihatlebih lanjut, silahkan klik sumber ini yaa...