Pengantar
Tulisan ini terbit tanggal 14 Juni 2022 sekita pukul 1 siang waktu Indonesia Barat. Kini, hampir 24 jam kemudian, diskusi yang isinya saling menjawab antara akun orang Indonesia yang umumnya pro otonomi (proton) dengan akun orang Timor Leste yang pro kemerdekaan (prokem) terus berlangsung. Dari mulai santai hingga panas dengan ledekan dan beberapa bumbu kata kasar juga sindiran. Diskusi itu, sayangnya tidak dimuat dalam badan tulisan ini, hanya fokus kepada tulisan pemantiknya seperti dibawah ini. selamat membaca brader !.
Salam hangat dari Timtim Files
MENGAPA OPSI MERDEKA LEBIH BANYAK DIPILIH ?
oleh:
Kalau opsinya Otonomi atau merdeka, Memang lebih baik memilih Merdeka. Otonomi adalah kata yang sangat mengerikan bagi penduduk Timor Leste saat itu. Lepas dari portugis mereka masuk kedalam perang saudara dan tidak tahu akan bagaimana menghidupi bangsa mereka.
Selepas perang saudara, mereka dimanjakan dan diberikan banyak fasilitas dan kemudahan oleh pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Soeharto, sehingga mereka tidak perlu susah berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup, pendidikan anak, kesehatan, pekerjaan, pengaman sosial dan lain-lain karena sudah disediakan pemerintah indonesia. Sehingga ketika ditawari Otonomi, merka menjadi begitu putus asa, karena otonomi dalam pandangan mereka adalah berarti hidup sendiri, mencari makan sendiri, berusaha menanggulangi kebutuhan hidup sendiri, berusaha kerja keras untuk mencari biaya-biaya dari hasil pengelolaan potensi daerah sendiri...
Dan kemandirian (otonomia) dalam kerangka berfikir mereka saat itu adalah keadaan yang sulit, mengingat bahwa potensi asli daerah, sumberdaya manusia dan sumber daya alam sangat minim, dari mana mereka akan mampu membiayai gaji pegawai, bagaimana mereka. Harus membiayai penyelenggaraan pendidikan, bagaimana mereka Harus membiayai kebutuhan pangan penduduknya... dari mana ?
Dan daripada disuruh susah payah mempertahankan hidup dan cari makan sendiri, dan karena tidak ada opsi kehidupan normal integrasi tanpa Otonomi, maka pilihan paling drastis adalah lebih baik merdeka sekalian. Mereka sudah nyaman dengan bergerak maju dan membangun dalam kerangka integrasi, kenapa harus disuruh otonomi.
Dan pilihan kata "otonomi" pun merupakan pilihan kata yang filosofis mendasar dan berdasar kepada pengetahuan yang kuat tentang karakter masyarakat timor timur dan pengetahuan yang kuat tentang hasil akhir kalau kata otonomi itu dipakai dan dijadikan opsi dalam referandum.
Dan itu juga bermakna bahwa Penggunaan kata otonomi merupakan pesan penting pemerintah baru Indonesia dibawah Presiden Habibi kepada rakyat Timor dan dunia, bahwa pemerintah Indonesia, sudah tidak mau lagi capek-capek serius mengurus timor-timur.
Memang pasca lengsernya Soeharto, rezim pemerintah baru menganggap timor-timur hanyalah beban yang menyusahkan yang tidak perlu dipikul Indonesia. Hasilnya efektif, referandum dengan opsi Otonomi menjadi jalan legitimasi kuat untuk serius melepaskan timor-timur secara sangat terhormat bagi Indonesia dimata internasional.
Dan dengan melepas Timor Leste, Aceh, wilayah kaya raya dan strategis di ujung barat indonesia itu bisa terurus dengan baik dan kembali utuh pulih, berhenti bergejolak dan tetap sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(Terima kasih brader Reza dan brader moniz untuk copy kartu suaranya.)
Tags:
Masa Peralihan