KARENA TIMTIM MEMBEBANI MAKA LEPASKAN SAJA !


Saya sering mendengar komentar-komentar ini dan membacanya tanggapan semacam ini di medos. Sebagai orang Timtim  Pro Integrasi NKRI atau seorang eksponen Integrasionis, saya tentu terusik dengan kalimat diatas.  Saya teringat ketika pada saat Presiden Soeharto menerima rombongan PSTT yang membawa  ‘Petisi Integrasi’ pada tahun 1976 Ia mengatakan: 

’SAYA MERASA TIDAK KEDATANGAN TAMU ASING SAAT INI. SAYA MERASA SAYA BERTEMU KEMBALI DENGAN SAUDARA-SAUDARA SEKANDUNG  YG TELAH SANGAT LAMA TERPISAH. RATUSAN TAHUN KITA TELAH DIPISAHKAN OLEH PAGAR-PAGAR BUATAN PEMERINTAHAN-PEMERINTAHAN PENJAJAHAN. KITA DIPISAHKAN SECARA PAKSA DALAM HALAMAN-HALAMAN RUMAH KITA SENDIRI. KITA DIPISAHKAN SECARA PAKSA DARI SAUDARA-SAUDARA SEKANDUNGNYA SENDIRI.  KITA TELAH DIPAKSA BERPISAH OLEH NASIB BURUK, TETAPI KITA SEKARANG AKAN BERKUMPUL LAGI BERKAT PERJUANGAN.  KITA SEKARANG BERTEKAD BULAT UNTUK BERKUMPUL LAGI OLEH IKATAN BATIN YANG TIDAK AKAN MATI OLEH PERPISAHAN RATUSAN TAHUN...

Namun sayangnya Perjuangan Integrasi di era Reformasi telah disudutkan menjadi kebijakan sepihak rejim Orde Baru, khususnya Presiden Soeharto, sedangkan opsi lepas Timtim yang telah meruntuhkan tuntas Perjuangan Integrasi dibanggakan sebagai buah karya unggul di era Reformasi. Hal ini dapat dilihat pada dasar pertimbangan presiden B.J.Habibie serta landasan pemikiran yang mendasari opsi lepas Timtim  tersebut bahwa ‘tindakan politik melepas Timor Timur adalah langkah yang tepat, terutama karena Timor Timur bukan bagian dari Nasionalisme Indonesia dan karena langkah itu merupakan suatu kemenangan bersih bagi Indonesia dari segi politik internasional’.  

Opsi lepas Timtim selamanya akan menjadi bukti sejarah pudarnya jiwa pertiwi bangsa Indonesia sebagai akibat lunturnya kepribadian Pancasila. Keluhuran jiwa pertiwi yang diwujudkan oleh kepribadian Pancasila yang bertumpu pada nilai kekeluargaan, kebersamaan, kemanusiaan dan ketuhanan dalam landasan ikatan leluhur bangsa  telah menorehkan jiwa pertiwi bagi Bangsa Indonesia untuk bertindak demikian bagi segenap anak persada Nusantara. Junjungan akan ikatan leluhur yang telah mewujudkan jiwa pertiwi bagi bangsa inilah yang telah menjadi landasan bertindak orde baru dalam berkorban habis untuk masalah Timor Timur. Itulah yang dipahami oleh para pejuang integrasi Timor Timur dalam memutuskan untuk berintegrasi dengan Indonesia Apa yang diucapkan oleh Presiden Soeharto dalam pidatonya pada Upacara Penerimaan Petisi Integrasi Rakyat Timor Timur, tahun 1976, tidak lebih dari sampah sejarah yang harus dibuang. Tanpa kita sadari bersama opsi lepas Timtim telah mengubah karakter sebuah bangsa dari  pejuang menjadi pedagang.

Integrasi sebagai alternatif politik penentuan nasib sendiri, yang menjadi ketetapan hati rakyat Timor Timur, adalah langkah kesadaran anak nusantara akan ikatan sejarah dan budaya leluhur untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Bangsa Indonesia sebagai Ibu Pertiwi yang setia menjunjung ikatan leluhur Nusantara, sepatutnya mengayomi anak Timor Timur dalam napak tilas sejarahnya demi menunjangnya menemukan kembali kesejatian jati dirinya, sebagai kekuatan landasan kepribadian untuk berjuangan membangun diri dan masa depan. Hanya dengan demikian Bangsa Indonesia maupun anak Timor Timur mampu dengan kokoh mewujudkan masa depannya yang bebas dari ancaman kolonisasi dan neokolonisasi.


Sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama