Pernah sekali waktu kompi Bokap di perintahkan untuk melaksanakan operasi tempur dengan cara mobud, yaitu di deploy ke daerah sasaran menggunakan helikopter, saat itu heli yang dipakai berjenis Bell (huey versi sipil) milik Penerbad, operasi tersebut dipimpin oleh Danki bokap, Pak Nainggolan yang saat itu pangkatnya sudah Mayor….
Untuk mengangkut 1 kompi pasukan yang jumlahnya saat itu hampir 200 orang, Penerbad melibatkan sekitar 6 helikopter Bell, heli-heli tersebut akan mendeploy seluruh anggota kompi dalam 2 gelombang…so pasukan yang pertama tiba otomatis akan menunggu pasukan berikutnya sekitar 40 menit di darat.
Kebetulan bokap termasuk dalam pasukan yang di deploy pada gelombang pertama, Bokap naik di heli pertama dengan sang Danki, Mayor Nainggolan…..ketika melihat 6 helikopter terbang beriringan di udara dengan suara khasnya yang memekakkan telinga, bokap jadi ingat adegan-adegan di fim perang vietnam yang dia tonton di bioskop ama ane saat pulang dari tour of duty-nya yang pertama …rasanya dada bokap in seperti berdetak keras, adrenalinnya naik, darahnya mendesir kencang hingga bikin buku kuduk bokap merinding. Selain Mayor Nainggolan masih ada 12 orang rekan lainnya di dalam heli plus 1 pilot, 1 co-pilot dan 1 door gunner yang bersenjatakan M-60…Bokap ingat betul kalau si pilot pangkatnya masih Kapten, satu tingkat di bawah Danki…..usianya pun masih relatif muda , lebih muda dari Danki, Tapi jangan salah…kalau di dalam Heli sang pilotlah yang berkuasa, bahkan Danki pun harus nurut ama Pilot.
Nah peristiwa Mayor Nainggolan sang Danki, di bentak-bentak ama si pilot yang masih Kapten ini berawal ketika sang co-pilot memberitahukan bahwa daerah sasaran sudah dekat, semua personel di suruh bersiap untuk meloncat keluar ketika aba-aba di berikan…..6 heli tersebut mulai mengurangi ketinggian, tapi nggak sampai mendarat, so masih melayang-layang di udara……dalam kondisi seperti itu sang co-pilot berteriak”LOMPAT…!!!”….
Tapi pak Nainggolan masih belum lompat, beliau meminta sang Pilot untuk menurunkan heli lebih rendah lagi….karena jarak antara heli dan tanah masih terlalu tinggi (sekitar 5m)….sang pilot pun menurunkan lagi helinya di ketinggian sekitar 3 m…
Eh si Danki beum lompat juga…malah minta di turunkan lagi helinya, kontan aja si Pilot langsung ngamuk ke Danki :
Pilot : “Heh jiamput!!..kau itu Komandan, kasih contoh anak buahmu…lompat sana !! kalau kita terlalu lama di udara seperti ini, bisa jadi sasaran tembak nanti….mau mati kau?!”
Danki : “Masih terlalu tinggi ini…turunkan dikit lah”[I]
Pilot : [I]“Eh sialah kau…..LOMPAT !!”
Bokap : “nDan udah lompat aja, di bawah itu padang rumput kok, empuk…” (sambil berbisik di telinga Danki)
Danki : “Klek…..nanti kalau kaki ku patah, kaki anak-anak patah…bisa jadi masalah”
Belum selesai berbicara ternyata sang Pilot sudah menggoyang Heli miring kekanan dan kekiri, seperti mau menumpahkan isi di helinya…kontan aja Danki dan pasukan pun berloncatan keluar, jadinya malah terlihat lucu….itu orang-orang berjatuhan ke bawah dengan posisi telungkup, telentang, miring, bahkan pak nainggolan jatuh dengan posisi terduduk, bokap ane jatuh dengan posisi seperti orang merangkak, bertumpu pada dua lututnya….untungnya di bawah banyak ditumbuhi ilalang, jadi benturannya nggak terlalu keras.
Setelah heli pertama menumpahkan penumpangnya, kemudian diikuti heli ke-2 dan seterusnya (tentunya dengan ketinggian lebih rendah)…….pak Nainggolan kemudian berdiri sambil meringis kesakitan memegangi pantatnya
Danki : “Bah brengsek kali itu Pilot….macam buang sampah aja, liat aja…lain kali kalau ketemu bakal ku tendang pantatnya…(kemudian Danki berteriak kepada anak buahnya)…woi, ada yang luka?!!”
Bokap + rekan-rekannya : “Aman ndan…aman”
Bokap dan sebagian rekan-rekannya tertawa geli menginggat saat Mayor Nainggolan di bentak-bentak ama seorang Kapten di dalam helikopter-nya, bahkan ada yang nyeletuk :
Anggota pasukan : “wkwkwkwk Mayor di seneni Kapten wkwkwk, mbarek’an di kongkon mencolot ae kok gak di rungokno” (wkwkwkwk Mayor dimarahin kapten wkwkwk, lagian di suruh loncat aja kok nggak di dengerin)
Kemudian Danki mengumpulkan seluruh anggotanya yang sudah turun ke darat, untuk melakukan konsolidasi…dan memerintahan mereka mengamankan perimerter sesuai dengan rencana dalam briefing di markas sambil menunggu pasukan gelombang 2 yang akan menyusul….karena posisi mereka di tengah daerah terbuka, tentunya riskan kalau tiba-tiba di serang dari dalam rerimbunan pohon …..Danki memerintahkan semua anggotanya untuk mencari perlindungan sebisanya….bahkan ransel pasukan di gunakan sebagai perlindungan sementara….tak ketinggaln Bokap juga melepas ranselnya dan digunakan untuk menopang Senapan mesinmadsen saetter yang di bawanya….tapi Alhamdulillah sekitar 45 menit kemudian gelombang ke dua tiba……dan mendarat di daerah yang telah di tentukan dengan selamat dan lancar tanpa ada gangguan tembakan dari Fretilin sedikitpun……akhirnya misi Mobud hari itu sukses, tinggal melanjutkan misi selanjutnya….memburu gerombolan Fretilin yang suka mengacau dan melakukan penjarahan di sektar daerah tersebut.