Mungkin yang banyak diangkat adalah kisah sang suami , sang bapak di medan laga, kali ini ane mau coba share cerita kehidupan para istri dan para anak yang ditinggal di asrama, ane dapet cerita dari mbah dan ibu.
Satuan kakek mendapat jatah asrama di daerah madiun, desa mantren, maospati ,sebelum pabrik gula glodog, dipinggir jalan utama surabaya-jogja. Asramanya cukup luas, berbentuk letter U…dengan pusat sebuah lapangan luas tempat apel dan kadang bermain bola (+kalo ada kecelakaan depan asrama, bangkai kendraan sementara diinapkan disitu).
Bagian depan adalah penjagaan, dengan gardu monyet dan pos penjaagan, diikuti rumah dinas perwira, selanjutnya adalah rumah barak untuk bintara n tamtama, bagian belakang adalah gudang peluru dan gudang senjata, di tembok samping adalah deretan sumur dan MCK ( sekarang sudah jadi kebun tebu, tapi sisa2nya masih ada kok, bahkan rumah mbah sekarang dulunya adalah rumah dinas perwira yang di depan itu).
Nah, setelah kaum lelaki dikirim ke timtim, suasana asrama kontan menjadi agak senyap, tinggal beberapa lelaki DENMA yang kadang bergantian piket dan mengurus asrama.
Tahun segitu, listrik masih jarang, jadi suasana nya sedikit mencekam,
Untuk mencukupi kebutuhan, (gaji bintara jaman segitu kecil), sepeninggal ke timtim, keluarga kakek memelihara babi (no sara) , yang sialnya, kalo kebutuhan makanannnya kurang kalo malam, suka beringas, menerjang kandang dibelakang asrama, merusak tanaman apa saja yang ditemuain, kalo sudah begitu, terpaksa nenek membangunkan ibu ane, untuk menggiring babi yang kabur, dan itu jam 12 malam.
ada juga momen mencekam saat terjadi kecelakaan di depan asrama, bangkai truknya disimpan di lapangan depan asrama, ketika masuk sore menjelang malam, ngga ada satupun penghuni asramma yang berani keluar, mirip ga berpenghuni.
yang paling mencemaskan adalah saat ibu2 dikumpulkan oleh komandan, semua menmpakkan wajah panik, siapa yang akan jdi janda dini?
alhamdulilah, sampe dua kali TOD, rekan2 kakek ga ada yang gugur