awalnya ya mungkin sama dengan apa yang dirasakan oleh semua tentara yang pernah bertugas di Tim-tim…Kecewa
cuman bapak ane gak pernah menunjukkan ekspresi apa-apa ktika dalam jajak pendapak, pro-kem yang menang, beliau cuman diam…jadi kita nggak tahu apa yang ada di benak bapak ane saat itu, sedihkah, marahkah, kecewakah, atau bahkan bersyukurkah…kita semuanya nggak tahu
justru Ibu ane yang emosinya meledak-ledak saat itu…, ya gimana enggak meledak-ledak, bayangin aja bertahun-tahun bapak ane meninggalkan anak istri ke tim-tim…sampai 3 dari 4 anaknya nggak pernah ditungguin ketika dilahirkan, bahkan ane sendiri sempat nggak kenal ama bapak ane sendiri
eeh ujung-ujungnya lepas…
tapi seiring berjalanya waktu…dan semua yang dirasakan selama ini. ibu dan bapak kayaknya sudah bisa menerima dan menyadari bahwa Tim-tim sejatinya cuman beban…bayangin kalau Tim-tim sampai sekarang belum lepas, mungkin kita sudah dikucilkan dari pergaulan dunia internasional
mungkin lebih banyak lagi prajurit TNI yang gugur disana
yah itulah yang dirasakan orang tua ane kira-kira gan
anyway thanks for asking
Kalo bapak ane, denger timtim lepas cm menghela nafas trus bilang “rasah dibahas”