Isu, Batu dan Kobaran Api

Foto hanya ilustrasi tulisan



Dili, Jumat 1 September 1995:

Nyonya Masdelyna Tambunan, 42 tahun, ditusuk perutnya oleh orang tak dikenal di Comoro, Dili, ketika hendak mengikuti kegiatan senam pagi di pelataran Kantor Gubernur. Istri Letnan Kolonel Halomoan Tambunan, Asisten Perencanaan di Kodam Udayana, itu luka parah tapi nyawanya selamat.

Maliana, Sabtu 2 September:

Sipir Lembaga Pemasyarakatan Maliana, Sanusi Abubakar, dituduh melakukan pelecehan terhadap Katolik ketika menonton siaran televisi.

Maliana, Ahad 3 September:

Para narapidana di lembaga pemasyarakatan Maliana membuat surat pernyataan yang mengungkapkan kemarahan terhadap Sanusi Abubakar.

Maliana, Senin 4 September:

Para narapidana di Lembaga pemasyakatan Maliana mengancam berontak. Mereka dibiarkan leluasa menyerbu dan mengobrak-abrik rumah Sanusi. Aksi unjuk rasa yang melibatkan sekitar 500 orang pecah.

Uatolari, Senin 4 September:

Isu kawin campur melanda Uatolari, Kabupaten Viqueque. Gereja Protestan Sidang Jemaat Allah di Desa Aflacai dibakar, berikut rumah pendetanya. Kemudian Gereja Hosana di Kampung Naedala diobrak-abrik.

Uatolari, Selasa 5 September:

Isu tanda salib tergeletak di musala merebak. Musala Al-Iswad, Masjid Nurul Huda, dan Pasar Matahoi di Uatolari habis dibakar.

Dili, Selasa 5 September:

Selebaran gelap berisi cerita pelecehan agama oleh Sanusi Abubakar beredar di pelbagai sekolah di Dili. Kemarahan mulai muncul di pelbagai tempat.

Dili, Rabu 6 September:

Selebaran gelap makin meluas dan menjadi pembicaraan ramai di kalangan siswa SMA Dharma Bhakti, STM II, dan mahasiswa Universitas Timor Timur. Situasi makin panas.

Dili, Kamis 7 September:

Para pemuda menyiapkan rencana unjuk rasa.

Dili, Jumat 8 September:

Pukul 08.30: sekitar 100 anak muda unjuk rasa dekat Pasar Comoro. Mereka melemparkan batu ke toko-toko.

Pukul 09.00: Pelajar STM II dan SMA I Dili melakukan aksi yang sama di dekat Pasar Becora.

Pukul 10.30: Kompleks Yayasan Yakin dilempari dengan batu. Kemudian pagar dirobohkan dan kantor yayasan diserbu. Sebagian bangunannya dibakar.

Pukul 12.30: Sekelompok pemuda mulai melakukan pencegatan terhadap orang-orang yang lewat di Kampung Baru, Comoro.

Pukul 13.00: Di depan Universitas Timor Timur, kelompok pemuda lain mencegat motor dan mobil yang lewat. Mereka melakukan razia KTP, yang non-Katolik dianiaya.

Pukul 14.00-16.00: Uskup Belo keliling kota, mencoba menenangkan massa yang beringas.

Pukul 16.00: Di Gereja Balide, Uskup Belo mengemukakan amanatnya:

– Agama Katolik antikekerasan.

– Yesus dilempar tak membalas.

– Membakar dan merusak bukan Kristiani.

– Meminta maaf kepada umat Islam dan Protestan.

Dili, Sabtu 9 September:

Pagi hari: Pasar Comoro dibakar, percobaan pembakaran Pasar Becora dan kios-kios di Kuluhun. Tapi aksi itu bisa ditangkal. Sebuah mobil Toyota Kijang pelat merah membagi-bagikan selebaran di Jalan
Akadiruhun. Ban dibakar di tengah jalan.

Dili, Ahad 10 September:

Sekelompok pemuda mencoba membakar stomwalls milik PU di Becora. Tapi aksi itu bisa digagalkan

Maliana, Ahad 10 September:

Kerusuhan pecah di Maliana. Lebih dari 1.000 massa menghambur di jalanan. Toko, kios, bangunan sekolah, dan rumah dinas guru dirusakkan atau dibakar.

Balibo, Ahad 10 September:

Aksi unjuk rasa terjadi. Tak ada pembakaran, perusakan, atau penganiayaan. Para pendatang ketakutan.

Atambua, Senin-Rabu, 11-13 September:

Arus pengungsi berdatangan, terutama dari Maliana dan Balibo./GIS.-

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama